Makna ungkapan “ Manat petenah ni Ama-Ine” oleh Lafizan Ramadhan
Anakku…….. “manis berperi
sediken bercerak si patut layak kin tutur basamu, enti tunung ko besilo galak kati
enti kase ko muserlak, tungkukki nasibmu urum idesi untung, itiro ko tulung ku
TUHEN buge musehat Ama urum Ine, ike remalan enti bergerdak, enti besintak ke
jangko nipumu, kenal ko ilmu nume kati sergak, buge enguk kin penggalak”.
Ungkapan diatas dapat
dimaknai dan diaplikasikan kedalam kehidupan, baik secara individu maupun dalam
bermasyarakat. Ungkapan tersebut dapat diklasifikasikan kedalam jenis tuturan
yang bersifat direktif dan refresentatif serta termasuk kedalam kalimat yang tidak
langsung. Dari ketiga jenis tuturan itu dapat dilihat bahwa didalamnya
terdapat ungkapan orang tua kepada anaknya yaitu mitra tuturnya yang mengandung
sebuah harapan dan pernyataan yang dapat kiranya dilakukan oleh mitra tuturnya
dengan cara yang tidak langsung. Biasanya tuturan ini di ungkapkan oleh orang-orang
yang tulus, ikhlas dan hatinya bersih tanpa noda sedikitpun dan penuturnya benar-benar
melakukan apa yang ia tuturkan, sehingga mitra tuturnya dapat menerima dan mengaplikasikannya.
Ungkapan seperti ini sering terdengar dari orang-orang tua yang telah mengalami
pahit dan getirnya rasa perjuangan yang betul-betul pernah dialaminya, dan ini sering
disampaikan kepada orang-orang yang berkeinginan keras dan bersemangat untuk
sekolah dalam arti kata menunutut ilmu. Ini adalah perasaan orang tua,
mereka tidak akan berdiam diri untuk melakukan apa yang dibutuhkan anaknya dan
orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya bahagia dalam hidup ini.
Ungkapan berikutnya
yang dapat dimaknai ialah “manis berperi sediken bercerak si patut layak kin
tutur basamu ”. kalimat ini berisi nasehat dan pengharapan sekaligus
perintah yakni bertutur dan berbahasalah yang layak didengar dan layak disimak
oleh mitra tutur. Dengan kata lain, jika berbicara dan bertutur kata, lihatlah dan
perhatikanlah dengan siapa kita berbicara, dimana kita berbicara dan kapan kita
berbicara, agar tidak terkesan menyakiti hati mitra tutur dan pesan yang disampaikan
dapat bermanfaat dan tidak sia-sia. Dalam berbahasa dan bertutur kata
harus teliti dan benar-benar harus di perhatikan sebab berbahasa adalah kunci
dari pada keberhasilan (language is the key of success). Fenomena sekarang
ini dapat kita saksikan, betapa hancurnya negeri dan kehidupan kita karena ketidakmampuan
bertutur dan berbahasa dengan baik sehingga timbul kehancuran dalam negeri kita
ini bahkan pada diri kita.
Para
orang tua jaman dahulu di gayo, menasihati anaknya tidak hanya melalui berbahasa
dan bertutur dengan baik, melainkan juga dengan melihat keadaan masa depan dan
sepertinya mereka tahu apa yang akan terjadi kepada anaknya dikemudian hari,
oleh karena itu orang tua dengan secara tidak langsung memberikan makanan jiwa
kepada anaknya dengan pengaharapan dan perintah agar tidak melakukan hal yang
tidak disenangi oleh kehidupansosialnya atau tepatnya di saat meraka telah
tiada nantinya. Menurut penulis, manat dan petenah niama –ine disini tidak
hanya nasehat, tetapi juga merupakan sebuah panduan dalam menjalani roda
kehidupan di dunia ini, karena secara tidak langsung semua aspek dalam
kehidupan sudah terangkum didalamnya sehingga tidak mudah di bayangkan
melainkan hanya dengan diamalakan. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh orang
tua kita; “kenal ko ilmu nume kati sergak, buge kati enguk kin penggalak”.
kalimat ini merupakan kalimat yang tidak langsung dan memberikan makna yang
mencakup dalam aspek kehidupan dan kesantunan dalam berbahasa, halus maknanya,
baik isinya, berkualitas implikasinya. Mengapa kalimat ini di ungkakapkan oleh
orang tua kita, supaya jika pada suatu saat nanti kita sudah memperoleh ilmu
janganlah berlaku sombong, angkuh, membanggakan diri, takabur, riya, berpaling,
dan merasa diri paling hebat. Orang tua hanya berharap sekaligus mengingatkan
kepada anaknya bahwabermanfaatlah tatkala kamu sukses dikemudian hari.
Sebagai kesimpulan dari
penjelasan diatas, penulis merangkumkan beberapa poin penting yang harus kita
pahami dan kita amalkan, yaitu;
1. Berbahasa yang benilai kesantunan
2. Berdoa kepada ALLAH S.W.T serta-merta mendoakan kedua orang tua
3. Menatap masa depan yang bermanfaat
4. Jangan sombong, angkuh ,dan bangga diri
5. Menjaga harga
diri (nahma) dengan budaya dan
6. Mengucapkan
terima kasih serta rangkulah dengan kebermanfaatanmu kepada orang tua dan jadikanlah
Mereka sebagai pelita hati dalam kehidupanmu.
Lafizan Ramadhan S.Pd
Urang Gayo dari Cemparam
*.Hasil diskusi tentang Berbahasa
*. “Manat Petenah ni Ama-Ine”, dalam buku Ilmiah & Alamiah PengantarTidur Sebelum Lelap, oleh bapakJoni MN, Yayasan pendidikan Prima Takengon, 2013, hal 11
Kata Kunci ; ama ine , sebuku , pepongoten ,
manat , orang tua , gayo , direktif , representatif
Mantap pedeh Ama, kami tunggu Manat petenah selanjutte
BalasHapusberizin nge komen sudere
Hapus