Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Paradigma barat & hilangnya sisi “perasaan” oleh Radensyah Aman Huda

    
Paradigma barat keliru menerjemahkan prinsip dan konsep “masuk akal”. Landasan pemikiran barat bila dicermati adalah landasan yang bernuansa kemampuan kognitif semata, tidak melibatkan ( pemungsian) hati dan perasaan. Apa-apa yang menjadi objek kajian dan penelitian mereka harus masuk akal. Disini, masuk akal menurut pemikiran dari barat adalah lebih mengutamakan data real. Jika terdapat suatu hal yang bersifat abstrak seperti menyangkut mistis dan hal ghaib, maka ini dianggap kajian yang cacat dan tidak diakui sebagai suatu kebenaran. Hal-hal abstrak cenderung tidak memiliki kedudukan disisi pemikiran barat dan dalam kajian-kajian ilmiah baik ditataran akademisi dan kemasyarakatan mereka. Pola pemikiran barat hanya merujuk pada hal-hal logis menurut akalnya dan enggan mengaitkannya dengan perasaan.

    Hal inilah yang terwujud dalam aspek-aspek kehidupan barat seperti Ekonomi, politik, dan lainnya. Dan yang paling prinsip adalah juga tertuang kedalam sistem pendidikan yang mereka bangun. Sistem pendidikan seperti ini yang kemudian melahirkan ilmuan barat. Misal, Sebut saja teori-teori dari barat dibidang linguistik, seperti yang telah pernah disinggung oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I, ilmuan barat lebih banyak hanya fokus pada bagaimana fungsi bahasa secara leksikal, gramatikal, aturan phonology, sementara bagaimana sebuah bahasa terbentuk dan lahir dari manusia itu sendiri tidak disebutkan. Dari ilmu biologi dapat kita temui gambaran, ilmuan barat hanya mendeskripsikan bagaimana alur dan organ alat bekerja dan menciptakan sebuah ujaran bahasa hingga sampai ke telinga. Sementara untuk pertanyaan mengapa pita suara terjepit kemudian menghasilkan suara, volume daya tekanan, daya udara yang membuat pita suara bergetar sama sekali tidak dibahas dan terputus. Mereka tidak memberi penjelasan dan penelitian karena hanya mencari yang logis-logis dan yang masuk akal saja menurut paradigma mereka. Karakter paradigma barat terbiasa tidak menerima mistis, ghaib dan nilai-nilai spiritualis. Mereka terputus dengan perasaan karena hanya mengutamakan daya pikiran saja.
    Konsep islam dibelahan timur tidak demikian. Masuk akal dalam islam melibatkan sisi kejiwaan dan nilai-nilai spiritual sebagaimana yang diterapkan oleh ahli sejarah islam, tokoh dan ilmuan-ilmuan islam. Masuk akal dalam islam tidak lepas dari elemen utama yakni perasaan. Paradigma, pemikiran dan filsafat islam tidak hanya pada tataran indra saja, tetapi rangkaian-rangkaian peristiwa yang berkenaan dengan perjalanan spiritual yang melibatkan hati dan berada dalam hati. Konsep “Masuk akal” yang ada pada ilmuan islam adalah menjadikan hati dan perasaan sebagai data utama. didalam hati dan perasaan banyak sekali data yang tidak ditemui melalui data yang didapat melalui indra. Orang yang yakin terhadap yang ghaib, Hati dan perasaanlah yang dijadikannya penentu masuk akal atau tidak.

    Saat ini paradigma barat ini terus meluas dan sejatinya telah banyak yang menerapkannya disekitar kita, baik berupa sistem dan kebiasaan yang terjadi di masyarakat. tanpa sadar kita telah digiring untuk hanya menggunakan akal saja dalam hidup dan terus dijauhkan dari nilai-nilai perasaan. Dengan segera coba kita telaah sistem pendidikan kita saat ini, mari senantiasa kita lakukan penelitian dan pengkajian agar kita dapat melakukan langkah preventif dan menghilangkannya.

    Di Gayo, oleh orangtua kita, selalu ditekankan untuk merasakan, bukan hanya memikirkan. Hal ini tercermin dari peri mestike gayo, irasan kudiri, atau gicip mulo ku usi diri. Dan juga Dalam bentuk berkomunikasi yang mana lebih sering kita dengar ungkapan “kune perasanmu ike lagu noya” bukan “kune pemikirenmu”. Serta semua nilai adat gayo seperti awahmu ken kulemu, remalan bertungket peri berabun , istilah-istilah seperti jengkat, kemali sumang, dan jis adalah bertujuan menjaga perasaan dan agar hati difungsikan dalam kehidupan ini.

Ditulis oleh Radensyah, S.Pd
Konten kreator youtube
Berasal dari Rimba raya, Bener Meriah
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "Paradigma barat & hilangnya sisi “perasaan” oleh Radensyah Aman Huda"