Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TUJUAN HIDUP TIDAK SEPERTI PERNYATAAN ARISTOTELES oleh Dr. Joni MN, M.Pd., B.I.

Seorang Filosuf yang sangat terkenal didunia filsafat menjelaskan tentang tujuan hidup manusia, beliau menyatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah "eudaimonia" atau 'kebahagian'.

Jika ditelisik secara detail dan rinci, sepertinya pernyataan beliau belum ada alasan yang kuat dan mendasar. Karena, beliau tidak menjelaskan bagaimana caranya membangun agar kebahagian itu berdiri kokoh di dalam diri kita sebagai tujuan hidup manusia itu sendiri.
Berdiskusi tentang tujuan hidup, yakni "kebahagian" yang dinyatakan Aries Toteles, sepertinya masih bernilai 'absurb' (Albert Camus), pernyataan filosuf asal Algeria ini dapat dimaknai dengan arti 'masih tidak jelas'. Artinya, jika kebahagian itu menjadi tujuan hidup dapat dinyatakan masih merupakan sesuatu yang bernilai 'absurb'.

Jika hal tersebut di atas menjadi simpulan sebagai tujuan hidup ini masih tidak jelas dan sesuatu yang sia-sia. Karena hal itu sama seperti kita mencari kejelasan yang tidak jelas atau masih belum rasional (filsafat timur). Mengapa hal ini dinyatakan masih bersifat 'absurb' dan tidak rasional?, karena kondisi masih bernilai 'konfrontasi', yakni suatu kondisi yang tidak rasional dalam hidup ini dengan hasrat (relung hati). Jika ini masih ada di dalam diri manusia, bagaimana hendak mendapatkan kebahagiaam sebagai tujuan hidup.

Padangan Islam tentang tujuan hidup, dapat diterima walau pum ditinjau dari segala penjuru dan semua agama, dan jika dibandingkan dengan pandangan Aries Toteles yang masih bernilai absurb. Dan, bila dikaji melalui konsef Islam bahwa tujuan hidup manusia itu tentu tidak terlepas dari tujuan Tuhan menciptakan manusia itu sendiri.

Sebenarnya, tujuan Tuhan menciptakan manusia, yakni tidak lain hanya untuk beribadah (dalam arti luas) dan taat kepadaNya, yaitu pada Allah SWT. Beribadah dan taat itu, salah satunya seperti berbuat baik, tidak merusak (nama baik orang dan lingkungan) dan selalu memperkuat habluminannas juga membangun dengan kokoh hubungan dengan Allah SWT inilah semua yang juga disebut "ibadah".

Jadi, tujuan hidup manusia itu tidak lain adalah bermanfaat bagi orang dan mahluk lain tentu bermanfaat dalam konteks ini yakni sesuatu yang bernilai "baik". Cukup jelas di sini bahwa dengan kebermanfaatan yang kita bangun bisa mendapatkan salah satunya kebahagiaan dan selanjutnya kenyamanan juga kedamaian. Karena jika hanya "mono aim of living" ini akan membuat tujuan manusia itu menjadi absrub, karena stabilitas hati manusia itu sendiri masih dalam konfrontasi yang menutupi rasionalitas kehidupan yang sebenarnya itu sendiri.

Hidup adalah untuk menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan di mana mereka berada, karena manusia itu memiliki tugas dari Tuhannya juga sebagai antroposentris, yakni sebagai pusat sistem dari lingkungan mereka, yaitu tugas beribadah dalam bentuk menjaga lingkungan agar tetap baik sehingga masyrakatnya bisa hidup nyaman dan damai. Inilah tujuan hidup yang hakiki manusia.

Ditulis oleh Dr. Joni MN, M.Pd., B.I.
Dosen dan Ahli Cagar Budaya GAyo
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "TUJUAN HIDUP TIDAK SEPERTI PERNYATAAN ARISTOTELES oleh Dr. Joni MN, M.Pd., B.I."