Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PARADIGMA NEWTONIAN & GAYO HOLISTIK DALAM DUNIA PENDIDIKAN * Dr. Joni MN, M.Pd., B.I.

Temanggung 31 Oktober 2023
PARADIGMA NEWTONIAN & GAYO HOLISTIK
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh Ama Dr. Joni MN, M.Pd., B.I.

    F.Heylighen (2006) dalam artikelnya yang berjudul “Pandangan Dunia Newton” beliau berpendapat bahwa hingga awal abad ke-20, mekanika klasik, yang pertama kali dirumuskan oleh Newton dan dikembangkan lebih lanjut oleh Laplace dan lain-lain, dipandang sebagai landasan ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Paradigma Newtonian hamper meliputi semua disiplin keilmuan dalam dunia ilmiah, sehingga mindset paradigma berpikir ilmiah pun hampir semua terkontaminasi harus riil wujudnya, dapat dipegang, nyata dan kelihatan. Sehingga meleburkan paradigma timur yang filsafatnya lebih didominasi dengan impiris keyakinan, rasa, atau nonfisik. Pengaruh paradigma Newtonian ini begitu besar, sehingga sebagian besar orang yang memiliki gagasan dasar sains masih secara implisit menyamakan “pemikiran ilmiah” dengan “pemikiran Newton”.

    Pada dasarnya bukan kita menolak dengan paradigma tersebut, namun pengembangan dari konsef tersebut sudah menitik beratkan pandangan dan pengembangannya kepada materialisme atau lebih kepada tolak ukur kebendaan, dalam konteks ini ada modus pelencengan konsef dan adanya pengklaiman dalam pengkajian pengembangannya.

    Heylighen (2006) mengkritisi paradigma Newtonian, beliau menjelaskan bahwa logika di balik ilmu pengetahuan Newton mudah dirumuskan, meskipun implikasinya tidak kentara. Prinsipnya yang paling terkenal, yang dirumuskan oleh filsuf-ilmuwan Descartes jauh sebelum Newton, adalah prinsip analisis atau reduksionisme: untuk memahami fenomena kompleks apa pun, Anda perlu memisahkannya, yaitu mereduksinya menjadi komponen-komponen individualnya. Jika hal ini masih rumit, Anda perlu mengambil analisis Anda satu langkah lebih jauh, dan melihat komponen-komponennya.

    Pada dasarnya, prinsip Newtonian ini hakikatnya bermuara kepada “reduksionisme”, yang mana faham ini diklaim hanya terfokus pada pengkristalisasian dan arahnya mono-disipliner, yakni fokus kebendaan serta pemilah-milahan semata. Jika hal ini didiamkan, maka konsef Pendidikan di belahan dunia Timur akan dapat terkaburkan sehingga menjadi buram. Prodak dari pengembangan konsef ini yang sudah menggiring kita ke arah materialisme saat ini sudah banyak muncul dan menjadi mind-set para anggota masyarakat, bahkan menjadi target prioritas dari para pakar yang notabenenya Ilmuwan. Dampak ending dari pengkristalan konsef dapat mengkiamatkan dunia Pendidikan Timur, khususnya Gayo yang memiliki konsef Pendidikan holistik murni.
ilustrasi
    Konsef holistik yang mengedepankan pengembangan konsef Gayo Holistik, yakni “akal kin pangkal kekire kin belenye” maksudnya akal itu sebagai pangkal, pikiran itu digunakan sebagai belanja. Artinya, dengan pikiran indevidu atau manusia itu dapat hidup dan berkembang, tidak harus dengan modal materi, tetapi dengan non-materi (akal dan pikiran) indevidu itu dapat berkembang dan hidup, yang jelas akal dan pikiran yang bersumber dari hati yang merupakan Cahaya Illahi-Rabbi. Jadi, pendidikan Gayo holistic “akal kin pangkal – kekire kin belenye” adalah model Pendidikan yang mengembangkan dan membangun seluruh potensi indevidu atau peserta didik untuk bertindak secara layak/ wajar, membangun kebersamaan, menciptakan kondisi harmonis, dan hal ini lebih tertuju pada aspek potensi Spritual, intelektual, emosional (jiwa), phisik, sosial, etika dan estetika.

    Sedangkan Reduksionisme Newtonian yang berkembang saat ini, arahnya lebih kepada pengkristalan pengelompokan-pengelompokan yang dapat memisahkan rasa indevidu yang akan dirasakan oleh indevidu yang lainnya, dan proses newton nian ini akan dapat membangun perselisihan antara satu dengan yang lainnya, serta keangkuhan indevidu, inilah konsef Newtonian yang salah yang sudah terbangun saat ini.

    Disarankan kepada para pendidik, baik itu Dosen, Guru, dan pendidik-pendidik lainnya yang di Lembaga formal, in-formal, dan non-formal, mohon selektif dalam memilih konsef dan metode mengajar, karena tugas para Guru dan dosen itu adalah untuk mendidik bukan sekedar mengajar, memperkecil kesalahan, baik dalam berpendapat juga dalam berpikir, serta memperkecil permasalahan, tidak bertugas untuk membangun permasalahan.
Sekian, semoga dapat bermanfaat.

*penulis adalah Dosen Pascasarjana Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung – Jawa Tengah
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "PARADIGMA NEWTONIAN & GAYO HOLISTIK DALAM DUNIA PENDIDIKAN * Dr. Joni MN, M.Pd., B.I."