Sudahkah orang lain selamat dari mulut dan tangan kita ( Radensyah )
Dalam upaya menjaga perasaan seseorang, Nabi Muhammad, S.A.W menyinggung dua anggota tubuh yakni lisan dan tangan. Seperti kita ketahui, lisan dan tangan memang berperan aktif bagi kita selaku manusia, tepatnya makhluk sosial.
Terkait penggunaan lisan dan tangan ini terdapat dalam sebuah hadist. Suatu ketika, Nabi Muhammad S.A.W ditanyai soal islam manakah yang paling utama? Kemudian Beliau menjawab "siapa yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya". Redaksi seperti ini bersumber dari shahih Imam Bukhari, hadist no. 10 pada bagian Iman.
Pada saat kita berbicara, kemudian orang lain merasa sakit hati, maka yang mula-mula harus dilakukan adalah menelaah adanya potensi kesalahan atau ketidaksesuaian pembicaraan kita tersebut dengan ruang lingkup yang ada. Selaku manusia yang berkata-kata, maka kita perlu memastikan bahwa perkataan tersebut mengandung kebenaran, kebaikan, sesuai dan berdampak baik untuk diri kita dan orang lain.
Berangkat dari amanah Rasulullah diawal mula tadi, persoalan lisan ternyata ada kaitannya dengan perasaan atau keselamatan orang lain. Bukan bermaksud menafsiri hadist ini karena penulis bukan ahlinya dalam hal ini. Disini saya hanya mencoba memformulasikan integrasi "perkataan" dengan "perasaan". Sisi yang juga penting terkait "Perkataan" adalah perasaan manusia yang harus dijaga. Berkata-kata itu sendiri adalah bukan hanya tentang berhasilnya komunikasi tetapi apakah baik kata-kata itu bagi orang lain.
Saat ini, kata-kata atau dinamika berbahasa kita, masih cenderung pada keberhasilan tujuan berkomunikasi. Kita hanya memikirkan dan berharap perkataan kita dapat dipahami atau orang lain mengerti terhadap penjelasan kita. Hal ini tidak salah, akan tetapi hal yang esensial dalam berkata menurut saya adalah sisi perasaan manusia yang mendengar atau yang terlibat dengan perkataan tersebut. Bukan sampainya pesan (content) pembicaraan semata. Inilah yang tertinggal pada pola komunikasi kita saat ini. Akibat kekeliruan ini, terjadilah ketidakharmonisan antar sesama manusia dimuka bumi ini. Semua urusan baik itu agama, politik, budaya dan aspek sosial semua menjadi tidak harmonis, bahkan ada juga sampai terjadi pertumpahan darah.
Beralih kita kepada yang disinggung oleh Nabi Muhammad S.A.W selanjutnya yaitu Tangan. Berbicara tangan manusia, ini adalah hal yang sangat kompleks sekali, Mengingat fungsinya yang begitu banyak. Tangan secara fungsional dapat kita pahami adalah perbuatan manusia yang lebih detail. Keributan, membuang sampah, perkelahian, pencurian adalah hal-hal yang erat kaitannya dengan tangan kita.
Semua tindakan (action) kita yang dapat menyebabkan orang lain sakit hati perlu dihindari. Tingkah laku kita dalam bergaul harus mampu menjaga perasaan orang lain, seperti cara berpakaian, cara berkendaraan, berjalan, dan hal-hal lainya yang disaksikan orang lain. Merujuk pada fitrah manusia yang membutuhkan keselamatan dari orang lain maka tentu kita harus berupaya bertingkah laku sesuai yang dibutuhkan orang tersebut.
Untuk menakar apakah selama ini lisan dan tangan kita sudah menyelamatkan orang lain, mari kita bertanya kepada diri sendiri. Apakah kita sudah berkata atau berbuat dengan mengutamakan perasaan orang lain?
Jangan-jangan selama ini kita hanya fokus agar kata-kata kita sampai kepada orang lain saja, urusan sesuai atau tidak dengan perasaannya itu sama sekali tidak pernah kita renungi. Mari kita wujudkan apa yang diamanahkan Nabi diatas tadi mulai dari memprioritaskan perasaan manusia sebelum berkata-kata dan berbuat.
Semoga berfaedah.
Radensyah, S.Pd
Anggota kerenem ni gayology
Posting Komentar untuk "Sudahkah orang lain selamat dari mulut dan tangan kita ( Radensyah )"