Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Hemat dalam Berkomunikasi oleh Zikri Fitra Aman Qaulan

    
Didalam kehidupan sehari-hari kita sangat sering mendengar kata-kata hemat. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti yang kita rasakan saat ini. Hampir semua orang mengingatkan kita selalu berhemat. Berhemat untuk membelanjakan sesuatu atau berhemat dalam menggunakan sesuatu yang berbentuk materi.

    Satu sisi berhemat itu memang penting dan sangat dianjurkan. Bahkan dalam islam konsep hemat sudah sejak beberapa abad yang lalu dijelaskan bahwa janganlah sekali-kali melakukan perbuatan tabdzir atau mubazir. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an:
Berikanlah kerabat dekat, orang miskin dan ibnu sabil hak mereka. dan jangan sekali-sekali bersikap tabdzir, sesungguhnya orang yang suka bersikap tabdzir adalah teman setan.” (QS. al-Isra’: 26 – 27)
    Ada dua pendapat mengenai tabdzir atau mubazir:

Pertama, membelanjakan harta di luar kebutuhan yang dibenarkan. Ini merupakan pendapat Ibnu Mas’ud dan Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma. Mujahid salah satu ulama tafsir periode tabi’in mengatakan “Andaikan ada orang yang membelanjakan seluruh hartanya di jalur yang benar, dia bukan orang yang mubadzir. Dan jika menafkahkan bahan makanan satu cakupan tangan di luar jalur yang dibenarkan maka dia termasuk orang yang mubadzir.” Az-Zajjaj mengatakan, “Sikap tabzir adalah membelanjakan harta untuk selain ketaatan kepada Allah. Dulu masyarakat jahiliyah menyembelih unta, menghambur-hamburkan harta dalam rangka membanggakan diri dan mencari popularitas. Kemudian Allah perintahkan untuk membelanjakan harta untuk ibadah dalam rangka mencari wajah Allah.”

Kedua, makna sikap tabdzir: menghambur-hamburkan, yang menghabiskan harta. Ini keterangan yang disampaikan Al-Mawardi. Abu Ubaidah mengatakan, “Orang yang mubadzir adalah orang yang berlebihan, yang menghabiskan, dan menghancurkan harta.” (Tafsir Zadul Masir, 3:20)
Pendapat di atas lebih kepada pemanfaatan harta agar digunakan untuk hal-hal yang baik saja. Apabila digunakan untuk hal-hal yang tidak baik maka itu termasuk mubadzir dan hukumnya haram menurut beberapa ahli fiqih. Dalam tulisan kali ini kita tidak terlalu jauh membahas tentang mubadzir. Hanya sebagai penguat untuk pembahasan tentang HEMAT, dan dalam tulisan ini penulis akan mencoba mengupas sedikit tentang hemat dalam artian non-materi. Dalam menjalani kehidupan manusia selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam berinteraksi manusia akan saling "berkomunikasi".


    
Fenomena yang terjadi saat ini yang terjadi di tengah-tengah masyarakat adalah tidak hemat dalam berkomunikasi. Terkadang kata-kata kotor pun sering terucap. Dan yang lebih memperihatinkan lagi kata-kata kotor tersebut keluar dari orang-orang yang terlihat berilmu. Sungguh sangat disayangkan apabila seorang berilmu melakukan hal tersebut. Padahal di dalam Al-Qur'an sudah sangat jelas bahwasanya ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang komunikasi yang baik.

    Menyangkut tentang komunikasi yang baik di dalam Al-Qur'an terdapat enam Qaulan yang apabila diterapkan akan menghasilkan komunikasi yang sangat-sangat baik. 
Pertama, Qaulan Ma'rufa yaitu perkataan yang baik.  Baik disini berarti sesuai dengan norma-norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Kedua, Qaulan Sadida yaitu perkataan yang benar yang menghasilkan komunikasi yang kondusif & efisien. 
Ketiga, Qaulan Maysuran yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata yang mudah dimengerti, gampang dipahami maksudnya, mudah dicerna, disampaikan dengan lemah lembut dan penuh empati. 
Keempat, Qaulan Karima yaitu . Yakni pengungkapan sesuatu dengan kata-kata yang indah dan santun, penuh dengan kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Membuat orang yang mendengarkannya merasa dihormati dan dimuliakan.
Kelima, Qaulan Lalighan, yakni mengungkapkan sesuatu dengan rangkaian kata-kata yang
ringkas tapi penuh makna, disajikan dengan gaya bahasa yang indah, fasih dan tegas, mengenai sasaran yang dimaksud. Sehingga berkesan dalam hati yang mendengarkannya.
Keenam, Qaulan Layyinan, yakni kata-kata yang mudah diungkapkan dan difahami, disampaikan dengan bahasa yang santun, lembut dan beradab, serta menarik perhatian bagi yang mendengarkan. 

    Dari keenam Qaulan yang ada dalam Al-Qur'an dapat kita ambil sebuah hikmah bahwasanya di dalam islam manusia itu diharuskan untuk berkata yang baik-baik saja. Dari semua penjelasan tentang Qaulan penulis menyimpulkan bahwasanya itulah salah satu makna hemat yang terdapat dalam hemat non-materil. Hal ini dikuatkan kembali dengan sabda Rasulullah yang artinya "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diam” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

    Lebih lanjut lagi apalagi kita melihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hemat tersebut bisa berarti teliti, seksama dan cermat. Maka sudah jelas apabila dalam berkomunikasi manusia dianjurkan untuk hemat dalam menggunakan bahasa terhadap lawan bicara. 

    Dari penjelasan di atas sudah cukup jelas berhematlah dalam berbicara. Karena benar adanya bahwasanya menjaga lidah berhemat dalam komunikasi adalah cerminan orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah SWT. 
Wallahu a'lam bissawab.

Ditulis oleh Zikri Fitra, S.Pd
Alumni Prodi Tarbiyah STAI Gajah Putih Takengon,
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "Belajar Hemat dalam Berkomunikasi oleh Zikri Fitra Aman Qaulan"