Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

GEDSI ( Gender, Disability and Social Inclusion ) oleh Ruhdi Sara, S.Pd


GEDSI
Bagian I

    Kita awali dari akronim Gedsi yaitu singkatan dari Gender, Disability and Social Inclusion. Maka ada bagian penting yang menjadi perhatian kita, makna gender identik dengan jenis kelamin namun kali ini kita memfokuskan pada masalah sosial. Kita ketahui bahwa kesetaraan gender sangat erat hubungannya dengan ketimpangan sosial pada beberapa level atau tingkatan diantaranya:
1. Agama. kepercayaan
2. Suku atau etnis adat istiadat
3. Kasta
4. Kedudukan Tahta atau jabatan
5. Ekonomi
6. Hukum
7. Pendidikan
8. Jenis kelamin
9. Warna kulit

Dari deretan tingkatan gedsi yang kita hadapi mari kita kupas satu persatu.

A. AGAMA
    Agama adalah deretan terpenting Dalam tatanan umat manusia di dunia, disebabkan oleh peran agama sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita. Ketimpangan tersebut sering terjadi karena sulitnya membentuk kesamaan persepsi untuk merubah keyakinan seseorang hal ini paling sering terjadi Gedsi antara satu Agama dengan agama lainnya dan keyakinan dengan keyakinan lainnya. Agama atau kepercayaan akan meng klaim bahwa mereka benar begitu sebaliknya.

    Maka gedsi itu Muncul Ketika terdapat minoritas dan mayoritas dari pemeluknya. Padahal agama sudah tegas menjelaskan dalam kandungan Al-Qur'an, Namun jika dicermati, baik QS. Al-Baqarah/2: 256 ataupun QS. Ali Imran/3: 19 memberikan penegasan bahwa hanya Islam agama yang benar dan lanjutan QS. Al-Baqarah/2: 256 disebutkan bahwa telah terang-benderang mana yang benar (Islam) dan mana yang sesat (selain Islam). Tetapi bukan berarti ada pemaksaan untuk memeluk suatu agama atau keyakinan dalam kedua ayat tersebut karena berbeda antara penegasan kebenaran sebuah agama dengan paksaan untuk memeluknya. Bahkan pada QS. Al-Baqarah/2: 256 ditegaskan tidak adanya paksaan tersebut.
(Sumber 5 Akurat.co Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Al-Quran).

B. SUKU ETNIK DAN ADAT ISTIADAT
    Hal yang tidak begitu kalah penting terjadi Gedsi adalah permasalahan suku atau etnis ketika terjadinya sedikit gesekan antara satu suku atau suku lainnya maka tidak heran Gedsi akan bermunculan seiring waktu yang berusaha menganggap bahwa suku A paling berkuasa,paling banyak,paling Hebat dan lain sebagainya.

    Pengakuan demi pengakuan bermunculan untuk mempertahankan suku atau etnis yang disandangnya tanpa merangkul sifat keterbukaan, kebersamaan, kepedulian, saling menghargai dan lain-lain yang membuka peluang akan terciptanya hubungan yang lebih baik, dalam hal ini Alquran surat Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia, sesungghunya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal.”


C. KASTA
    Kasta adalah pengelompokan masyarakat pada sistem Kebudayaan Hindu. Sistem Kasta memiliki beberapa ciri, yaitu : Keanggotaan berdasarkan keturunan.

    Perbedaan yang sangat mencolok begitu jelas kita lihat ketika berbicara tentang kasta seseorang ini biasanya terjadi di pemerintahan yang bersifat dinasti dimana perbedaan tersebut sangat tidak dapat dipungkiri baik dari pakaian, kedudukan dan lain lain.

    Jadi, timbulnya istilah kasta dalam masyarakat Hindu adalah karena adanya proses sosial (perkembangan masyarakat) yang mengaburkan pengertian warna. Pengaburan pengertian warna ini melahirkan tradisi kasta yang membagi tingkatan seseorang di masyarakat berdasarkan kelahiran dan status keluarganya.

    Kasta sendiri sudah menjadi unsur pemisah antara satu kasta dengan kasta lainya. maka sulit bagi kita untuk merubah hal yang melekat pada kepercayaan dan keyakinan seseorang dan telah menjadi ketetapan mutlak yang tak bisa di ganggu gugat.

    Dalam Islam tidak terdapat bukti mengenai masalah kasta. Dalam Islam semua orang memiliki derajat yang sama, tidak ada pemisahan seperti dalam sistem kasta. Islam memperlakukan seseorang sebagai manusia yang mulia dan terhormat dan tidak ada perbedaan.

D. KEDUDUKAN DAN TAHTA ATAU JABATAN
    Berbicara masalah hal kedudukan Siring dikaitkan dengan pekerjaan yang di ampu oleh seseorang atau kelompok beruntung dibidang pemerintahan, pengusaha,dan lain lain maka gedsi akan terasa dampaknya ketika kedudukan dijadikan modal pemanfaatan jabatan yang disandangnya.

    Orang yang berkedudukan tinggi lebih sering merasa kuat dan hebat dalam segala sesuatu ketimbang yang lain yang didukung oleh pinancial dan taraf ekonomi yang memadai tak heran jika ada kata hukum tumpul keatas tajam kebawah sebagaimana sabda Rasulullah SAW menyangkut jabatan sebagai hakim:

الْقُضَاةُ ثَلاَثَةٌ قَاضِيَانِ فِى النَّارِ وَقَاضٍ فِى الْجَنَّةِ رَجُلٌ قَضَى بِغَيْرِ الْحَقِّ فَعَلِمَ ذَاكَ فَذَاكَ فِى النَّارِ وَقَاضٍ لاَ يَعْلَمُ فَأَهْلَكَ حُقُوقَ النَّاسِ فَهُوَ فِى النَّارِ وَقَاضٍ قَضَى بِالْحَقِّ فَذَلِكَ فِى الْجَنَّةِ (رواه الترمذي)

“Ada tiga hakim. Dua hakim di neraka dan satu hakim di surga. Hakim pertama menghukumi dengan tidak benar dan dia tahu bahwa keputusannya tidak benar, maka dia di neraka. Hakim kedua tidak mengetahui kebenaran, sehingga (keputusannya) merusak hak-hak masyarakat, maka dia juga di neraka. Hakim ketiga menghukumi dengan benar, maka dia masuk surga” (H.R. al-Tirmidzi).

Dan dalam Al-Qur'an diterangkan

إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ

“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS al-Qashash [28]: 26). kutipan dari (Dr.Rosidin, M.Pd.I http://www.dialogilmu.com)

    Intinya jangan pernah menjadikan kedudukan digunakan sebagai jurang pemisah antara pemimpin dan rakyat biasa tapi berupayalah untuk merangkul masyarakat demi kemaslahatan umat, sehingga tidak terjadi jedsi yang berakibat masyarakat kecil merasa tersisihkan.

E. EKONOMI
    Perbedaan signifikan yang sangat terasa di sosial adalah taraf ekonomi, kesenjangan ekonomi begitu rumit dipecahkan karena ekonomi dapat menentukan gaya atau style seseorang dalam memamerkan kekayaan dan Kehebatan ketika mereka lupa akan kodrat hidup. Yang kaya sering merasa hebat dari yang miskin, maka di sanalah letak gedsi akan berperan yang dapat mencari celah masuknya kecenderungan melemahkan yang lain dan membuat jurang pemisah antara kaya dan miskin. Islam berupaya meminta kita agar selalu membantu orang fakir, miskin Dan yatim dan lain sebagainya. Seperti diterangkan dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾ إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

”Dan mereka memberikan makan. yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (sambil berkata), ’Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan wajah Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. Sungguh, kami takut akan (adzab) Rabb pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.’”[Al-Insaan/76: 8-10]

( Bersambung ke bagian II )

ditulis Oleh Ruhdi Sara, S.Pd
*Guru MTsN 1 Bener Meriah
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "GEDSI ( Gender, Disability and Social Inclusion ) oleh Ruhdi Sara, S.Pd"