Meneliti sebuah berita perspektif Islam & Adat Gayo oleh Radensyah Aman Huda
I. Pendahuluan
Perkembangan teknologi terus meningkat setiap saat, hal ini tentu punya sisi positif dan negatif, tergantung kearah mana teknologi tersebut difungsikan dan dimanfaatkan. Sisi positif teknologi yang sekarang amat terasa adalah mudah sekali mendapatkan suatu berita. Hanya dengan usapan jari, kita dengan mudah mendapatkan puluhan berita dalam sehari. Dulu, dimasa kakek-nenek kita, berita terbaru hanya bersumber dari radio. tapi sekarang, sumber berita sangat banyak, yaitu dari koran, radio, televisi, dan yang paling banyak dari internet.
Sadarkah kita bahwa sekarang adalah era kebanjiran berita. Berita dapat diakses dimanapun kita berada, bahkan untuk berita yang tidak dibutuhkanpun turut hadir kehadapan kita. Hal ini sekilas menguntungkan manusia, namun sebenarnya hal ini adalah persoalan serius yang dapat menjadi sumber masalah pribadi dan kehidupan sosial. Mengapa demikian? Tentu harus mengkaji lebih jauh untuk menjawab pertanyaan ini. Sekarang coba lihat disekitar kita, sangat banyak orang suka/mudah menerima berita, namun sayangnya kemauan untuk mencari kebenaran berita tersebut sangat rendah sekali. Secara kuantitas kita memang kaya berita, namun sanggat sedikit orang yang mau meneliti, mempelajari berita yang diperoleh. Berita yang ada ternyata banyak yang keliru, salah dan bahkan memang adalah berita dusta yang dibuat dengan sengaja. Dampaknya, sesama kita saling curiga, timbul kebencian, stigma negatif dan hal-hal yang bisa menjadi fitnah.
II. Pembahasan
Pandangan Islam tentang Berita
Dalam agama islam, menyikapi suatu berita harus dengan bijaksana, mengedepankan kehati-hatian dan harus mengilmuinya. Berita yang tidak jelas tanggal, siapa dan dimana kejadiannya tidak boleh diterima secara mentah dan diakui. Apalagi dalam islam kita dianjurkan untuk bijak dan tidak tergesa-gesa mengambil sikap atau tindakan dari berita yang kita dapatkan. Hal ini telah diproklamirkan didalam Al-Qur’an, salah satunya terdapat pada surat Al-Isra ayat ke-36, artinya;
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” Al-Isra 36
Al-Qur’an menyinggung berita dengan fokus juga terhadap penyebar berita yang dalam hal ini dengan jelas dikatakan orang fasik. Firman ALLAH SWT, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat 6)
Dari ayat ini jelas sekali, bahwa seorang muslim yang baik wajib melakukan penelitian dengan segenap daya dan ilmu yang dimiliki agar tidak melakukan kesalahan. Dari ayat ini tergambar sekali, bahwa memang kenyataannya sekarang banyak juga yang memberikan berita yang cacat komponen, yakni tidak lengkapnya muatan berita tersebut, seperti dari siapa, tanggal, tempat, dan sumber-sumber pendukung berita tersebut. Sungguh sangat tepat ayat tersebut diatas menyindir orang fasik. Dan sayangnya penerima berita secara mudahnya menerima berita tersebut dan bahkan sangat banyak sekali kita lihat secara gegabah, tergesa-gesa membagikan berita tersebut.
Mendapatkan Berita dalam Adat Gayo
Di Gayo, orang tua jaman dahulu selalu menasehati anaknya agar bertindak kritis dalam menerima berita. Hal ini terdapat dalam beberapa bentuk tuturan peri mestike gayo. Diantaranya adalah Engon sareh Panang nyata, amat mutoboh, pangan murasa. Bila di terjemahkan secara gamblang artinya “lihat jelas, pandang nyata, dipegang ada tubuh fisiknya, dimakan ada rasanya. Tuturan bahasa gayo ini sudah menjadi tameng bagi orang gayo ketika mendapat berita. Dikaji Secara linguistik, tuturan diatas menyatakan bahwa orang gayo sangat berhati-hati dalam menyikapi sebuah berita. Hal ini dapat kita cermati pada penekanan kata rasa (ipangan murasa), orang gayo tidak hanya mengedepankan kemampuan indra saja, tetapi juga merujuk pada perasaan (hal-hal abstrak). Tuturan lain yang juga sebagai nasehat orang gayo adalah tuh tibuk jele kemang, enti canang semelah, dan lain-lain. Seperti peri mestike enti canang semelah, ini biasanya terkait dengan konteks suami-istri yang bertengkar dalam keluarga, dimana apabila mereka mengadu kepada orang tuanya, “kedua” pasangan suami istri tersebut harus ditanyai, tidak hanya sebelah pihak saja. Penjelasan lebih rinci silahkan baca dan diskusikan kajian peri mestike yang telah dikaji secara lengkap oleh Ama Dr. Joni MN, M.Pd, B.I , ada buku-buku dan tulisan Beliau diberbagai media online.
Kemampuan Akal dan kuantitas Berita
Kembali pada kata “kebanjiran berita” diatas tadi, maksudnya adalah akal kita saat ini sedang dijejali berita secara besar-besaran, bahkan dalam hitungan jam kita sangat mungkin menerima puluhan berita, sedangkan kemampuan akal kita mengeksekusi berita tersebut sangatlah terbatas. Bagaimana mungkin dalam 2 menit kita sudah tahu persis kepastian berita tersebut. Berita yang diterima oleh akal secara instan biasanya akan rentan terhadap kekeliruan. Bukan kita menolak kecanggihan teknologi seperti google, namun akal perlu dipelihara dengan tidak dibanjiri berita. Boleh saja kita terima dan welcome terhadap berita apapun, namun sudahkan kita mampu melakukan penelitian, kajian, dan mengkonfirmasi berita tersebut? Sebagai muslim, ada banyak elemen-elemen penting yang harus kita libatkan dalam menerima sebuah berita, bahkan tidak cukup hanya mengetahui tanggal, tempat dan pelakunya saja, ada banyak pertimbangan lain yang perlu dilakukan agar berita tersebut tidak menjadi bencana bagi diri kita sendiri dan orang lain.
III. Penutup
Berita dari internet atau media sosial adalah paling banyak kita terima, untuk itu perlu dipelajari bagaimana sistem kerja sebuah berita bisa ada disana. Seperti dari facebook, WA, Ig dan medsos lainnya. Berikut ini ada beberapa poin yang mungkin dapat sebagai penambah wawasan dan rambu-rambu dalam menghadapi persoalan banjir berita;
- Memastikan legalitas penyedia berita ( situs terpercaya yang berbadan hukum, digayo misalnya lintasgayo.co lintasgayo.com )
- Bila memungkinkan, hanya mendapatkan berita dari sumbernya saja, jangan berpedoman kata orang dan “katanya”
- Hindari secara instan membagikan sebuah berita baru.
- Lahirkanlah reaksi dan aksi positif terhadap suatu berita bila memang berita tersebut benar adanya, seperti mencari solusi, menjadikan rujukan pelajaran, dan upaya solutif lainnya, jangan sebaliknya yakni, berkata kotor, melaknat, dan mempermalukan, nabi Muhammad SAW melarang seorang muslim berperangai demikian.
- Kita berada diakhir zaman. Banyak kepalsuan, fitnah dimana-mana, untuk itu perlu meningkatkan ketelitian dalam segala hal.
Semoga kita terhindar dari orang fasik, terhindar dari kekeliruan, dan semoga ALLAH SWT memudahkan kita dalam meneliti segala hal.
Ditulis oleh Radensyah, S.Pd
*Konten kreator
Berasal dari Rimba Raya
Posting Komentar untuk "Meneliti sebuah berita perspektif Islam & Adat Gayo oleh Radensyah Aman Huda"