Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dunia pendidikan dan “kontekstualisasi“ oleh Radensyah Aman Alhuda

    H
arus kita akui, yang bergelut serius didunia pendidikan sudah melakukan berbagai upaya, contohnya upaya “integrasi” atau dikenal juga dengan kurikulum terpadu. Mata pelajaran disebuah sekolah dikaitkan dengan misi atau visi tertentu sekolah. Atau di pesantren, pelajaran di lembaga sekolah di integrasikan dengan mata pelajaran (kitab) pesantren. Mata pelajaran yang terintegrasi tentu sangat baik, namun upaya integrasi tanpa adanya kontekstualisasi tentu masih ada yang kurang. Harapan kita bersama, peserta didik juga harus dapat memahami lingkungan sekitarnya dengan segala makna didalamnya sembari mempelajari nilai-nilai tekstual dan ilmu-ilmu normatif. Hal ini yang nantinya membuat peserta didik mampu menerapkan paradigma holistik (mensintesis ilmu pengetahuan), tidak hanya menganalisis saja (reduksionisme). kita harus menumbuhkan dan melahirkan peserta didik yang mumpuni di teknis bukan hanya di teori dan konsep. itulah salah satu urgensi kontekstualisasi.

    Peserta didik banyak memperoleh ilmu dalam kehidupan mereka. ilmu-ilmu tersebut diperoleh dari dua hal, yang dalam terminologi islam sering kita dengar dengan istilah Ayat qauliyah dan Ayat kauniyah. intinya, didunia ini dalam belajar akan dihadapkan dengan hal-hal berikut, yakni yang terbentuk, tertulis, tersirat, tersurat, terucap dan yang tercipta.

    Berbicara tentang ilmu, kita harus senantiasa memperhatikan dunia pendidikan indonesia dan harus responsif atas persoalan didalamnya. Menurut saya, dunia pendidikan saat ini masih belum maksimal menyatu dengan hal-hal yang bersifat kontekstual. Ini ditandai dengan materi pelajaran di sekolah yang masih umum dan tidak bersentuhan dengan lingkungan peserta didik, disisi lain metode mengajar guru yang kurang efektif dengan cara belajar peserta didik. Contohnya, dalam buku paket bahan ajar bahasa inggris sering saya temui naskah dialog yang umum, seperti greeting selalu di jawab dengan jawaban i am fine, padahal bisa dibubuhi “alhamdulillah i am fine”. Dari contoh nama juga demikian , seharusnya dapat diganti dengan owen, ipak, onot, oteh, tidak harus selalu budi, ipan, christian, doni, atau merry. Dunia pendidikan atau guru mestinya dapat melakukan banyak kontekstualisasi dalam proses transformasi ilmu pengetahuan, tidak hanya berdasarkan apa yang ada di buku dan yang dituntut oleh administrasi lembaga sekolah.

    Kontekstualisasi berdampak pada pembangunan pemahaman yang lebih mendalam bagi peserta didik. Pendidikan karakter atau akhlak juga akan lebih mudah dengan upaya kontekstualisasi. hal ini karena kontekstualisasi membuka akses menyeluruh kedalam sendi-sendi kehidupan manusia, menyentuh nilai-nilai kehidupan, nilai adat dan budaya, memperjelas hal-hal teknis ajaran agama, ini semua melibatkan kontekstualisasi, dan tidak dapat dilakukan dengan upaya tekstual saja. Lalu, jika bukan kearah kontekstualisasi, kemana arah dunia pendidikan indonesia. Ditilik dari keadaan yang terjadi, dunia pendidikan kita masih cenderung kepada hal-hal yang bersifat tekstual. Para tenaga pendidik masih kaku dan kurang berani masuk kedalam dunia peserta didik. Kebanyakan guru belum dapat berpindah dari apa yang disediakan lembaga pendidikan pusat. Mulai dari materi ajar, metode, dan sampai penataan kelas dan bangku.

    Pengaruh tekstual lain yang dapat kita amati adalah masih adanya kecenderungan memprioritaskan nilai angka peserta didik daripada skillnya pada suatu bidang. Apresiasi terhadap hafalan dan dunia kognitif lebih tinggi daripada apresiasi inovasi dan karya. Kita berharap dunia pendidikan indonesia terus semakin membaik, salah satunya dengan upaya kontekstualisasi ini. peserta didik tidak boleh merasa asing dengan apa yang sedang mereka pelajari. Dengan kontekstualisasi, ilmu pengetahuan peserta didik akan mencapai tataran teknis disertai pengalaman, tidak hanya teori saja dengan teks-teks diatas kertas.

Ditulis oleh Radensyah, S.Pd
*Youtuber
dari Rime raya, Pintu Rime gayo, Bener Meriah
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

1 komentar untuk "Dunia pendidikan dan “kontekstualisasi“ oleh Radensyah Aman Alhuda"