Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

“AWAH-AWAH MU KEN KULE MU” oleh Lafizan A. Kadihan

“AWAH-AWAH MU KEN KULE MU”
Awah : Mulut
Mu : Kamu, anda, dan engkau ( you , your )
Ken : Untuk
Kule : Harimau
Artinya adalah : mulut – mulut mu adalah hariamau


    Surahnya adalah berhati-hatilah dalam berkata-kata dari setiap apa yang ingin kamu ucapkan. Ini merupakan sebuah nasihat dan petuah-petuah yang biasa diberikan oleh stickholder-stickholder pada masyarakat kami dan dapat juga ditemukan didalam bentuk syair-syair GAYO. Baik dalam tatanan pemerintahan maupun dalam perkumpulan-perkumpulan. Tidak ubahnya seperti dalam pengorganisasian. Maksudnya sangat tidak bergunanya kiranya jika ungkapan yang tidak baik dan bermamfaat dikeluarkan oleh mulut yang ALLAH SWT berikan ini. Tanpa disadari bahwa kita sudah menyakitkan perasaan orang lain, maka peri/kekata mustike kami mengingatkan bahwa dalam bahasa yang penuh filosofi ini “awah-awah mu ken kule mu” jaga ucapan mu dalam setiap apa yang kamu hendak ungkapkan dan fikirkan sebelumnya. “ dalam mengajar atau mengajari, mendidik atau mendidikki seseorang itu jangan sampai terluka hatinya disebabkan oleh kata–katamu “ cerak si kite luahen nume kite empu” sederhanalah dalam segala hal tindak tanduk yang akan diperbuat. Kehadiran ungkapan ini menuntun kita supaya pandai merangkai kata yang ingin di ucapkan, jangan sampai mengeluarkan kata – kata yang dapat menyakitkan fitrah manusia. Agar berkehidupan menjadi romantika dan memiliki nilai estetika dalam ruang dan waktu yang sementara ini.
Hal ini disurah dan di singgung juga dalam buku filsafah hidup yang di karang oleh Prof . Dr Abuya Hamka; “ benar pepatah orang budiman; lidah kamu bisa mengerkah kepala kamu “ Lukmanul Hakim berkata bahwasanya makanan seenak-enaknya ialah lidah dengan hati , dan makanan yang sebusuk-busuknya adalah lidah dengan hati juga. Seorang ahli pidato yang pandai , jika tahu mempergunakan lidahnya. Dengan lidah itulah dia akan membawa umatnya dari lurah kegelapan ke atas padang cahaya dan bahagia. Tapi dengan lidah yang bercabang , seorang penghianat menjual negerinya.( hal 162) . waspada ……. Waspada…. Waspada. Dalam gerak gerik kelakuan mu. Tidak dapat kita bayangkan jika tutur dan ungkapan kita bagaikan sembilu yang dapat melukai perasaan dan fitrah manusia. Hal ini sudah dapat dikaitkan dengan masa saat ini , semua bentuk perkataan dan ungkapan sudah tidak lagi memakai rasa dan pertimbangan dalam diri kita. Alias asal lepas tidak memikirkan keadaan mitra tutur dan lawan bicara kita saat berinteraksi, sementara itu kita dianjurkan oleh agama dan budaya kita tidak boleh berlaku yang dapat melukai perasaan orang.
    Telah terjadi intraksi dalam sebuah ruangan yang menyandang dan menanamkan nilai – nilai agama. Tapi sangat disayangkan sekali orang – orang yang berkerja disitu sebagian tidak menghiraukan nilai itu bahkan bersikap dengan sinisme jika menangani sesuatu MASALAH , dan kemudian ada salah seorang pegawai kantor tersebut yang sedang duduk di depan laptop miliknya mengotak–atik isinya entah itu data atau lain sebagainya. Kemudian pada saat dibukanya datang lah dua orang laki – laki yang satu masih berumur muda kira-kira 28-an tahun dan yang satu lagi itu sudah agak tua kira-kira 50-an tahunlah umurnya, dan kemudian kedua orang ini memberikan salam kepada pegawai kantor semuanya, assalamuailakum….. waalaikum salam sahut pegawai semuanya,, silahkan masuk pak kata salah seorang pegawai, dan kedua orang ini masuk dan mempersilahkan duduk diatas kursi yang telah disediakan oleh pihak perkantoran tersebut, lalu bapak ini menanyakan kepada pegawai kantor itu, dimana ya pak tempat pendesposisian yang menyangkut proposal mohon bantuan dana? Sahut pegawai oo kalau masalah itu ya sama ibu tu pak sambil menunjukan kearah ibu itu silahkan pak kata pegawai itu, lalu berpindahlah posisi kedua orang bapak ini. Dan bapak ini memulai pembicaraannya dengan mengucapkan MA,AF bu kami dari kampung ini,,,,,, belumpun habis kalimah yang utarakan bapakni langsung disahut oleh ibu ini seperti ini,,,,,,gak usah minta maaf pak udah saya maafkan terlebih dahulu ,,dengan nada sinismenya,kalimah ini yang keluar dari alat ucap manusia yaitu mulut, tentunya hasil dari fikirannya, mendengar ungkapan dari ibu ini langsung bapak ini tersenyum ,,,dan pura – pura tidak ada masalah dalam hal itu dan tidak menghiraukan seakan –akan tidak menjadi problematika dalam hidup ini.

    Inilah penomena yang terjadi pada saat ini dikalangan kehidupan kita ,,,seakan akan tidak menjadi persoalan dalam tindakan tutur dalam berinteraksi,, maupun berkomunikasi, yan menjadi permasalahan pada saat ini adalah kenapa harus kata – kata yang menyakitkan perasaan orang lain yang harus diutarakan, padahal masih banyak kalimat – kalimat yang baik dan yang tidak menyakitkan hati mitra tutur kita dalam berinteraksi maupun berkomunikasi dengan sesama manusia. Apakah kita tidak mengetahui bahwasanya kita ini adalah mahluk ciptaan yang sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lainya. Kita ini diberikan akal, perasaan, dan pikiran, supaya kita ini dapat bermamfaat dan berbagi sesama kita. Sedangkan mahluk yang lainya hanya memiliki oanggota tubuh, tetapi tidak memiliki dan diberi akal. Saat ini kita melihat kadang-kadang sepertinya lebih berakalpun itu, walaupun tidak dengan secara fakta dan nyata, dari pada kita yang sempurna ini. Masih banyak contoh – contoh yang lainya. Yang kerap kali terhempaskan kepada masyarakat dan mitra tutur .dalam hal ini apakah kita sebagai khalifah di muka bumi ini sudah menjalankan visi dan misi khalifah yang dititipkan oleh sang maha pencipta atas segala sesuatu. Dikatakan sebagai khalifah yaitu dapat menjaga dan memelihara dari semua tindak-tanduk pada perbuatan yang kita lakukan baik terhadap diri kita maupun kepada sesama manusia. Terlebih-lebih diri kita yang kita pimpin , apa yang dapat kita pimpin dalam diri kita ini, yaitu ucapan, tingkah laku, perbuatan, pandangan, perlangkahan, dan keharmonisan. Dan kemudian juga dari sisi kekhalifahan untuk menjaga alam yang ada disekitar kita , yaitu dengan menjaga dan merawatnya, disebabkan kita hanya sebagai penumpang yang akan diturunkan nantinya di terminal besar. Yang mana di situ adalah tidak ada lagi perjalanan selanjutnya, disitulah ahir pemberhentian kita hanya ada dua tempat yaitu surga dan nerakanya ALLAH SWT, yang mana kita akan ditempatkan pada salah satunya tergantung amalan dan ketakwaan kita kepadaNYA. Kendatipun demikian pada dasarnya manusia itu menggunakan akalnya dalam setiap yang mau dilakukan namun banyak sekali tidak menggunakannya dengan sehat dan bermamfaat. Kadang – kadang kita hanya melibatkan akal saja.
    Ada sebuah realita yang pernah kami lihat didalam kehidupan sehari – hari yaitu bertepatan pada hari jumat ketika berlangsungnya ibadah wajib yang sedang menunaikan sholat jum,at. Di tengah – tengah berlangsungnya sholat jum,at ada seorang yang kurang waras juga ikut menunaikan sholat jum,at,,, bersama orang -orang yang waras lainya,dan kemudian beliau ini duduk di sebelah utara pada sisi masjid tersebut berdekatan dengan kaleng amalan, dialah yang menggeserkan kaleng amalan tersebut kepada jama,ah lainya. Setelah khatib turun dari mimbar dan imam juga maju kedepan untuk mengimami sholat jum,at pada saat itu. Singkat cerita setelah selesainya menunaikan sholat jum’at beliau ini pun langsung keluar dari masjid tersebut, yang menjadi perhatian dari gerak – geriknya adalah disaat beliau ini keluar dan melangkahi orang-orang yang berada didekatnya dengan memberikan isyarat lewat ayunan tanganya kebawah tapi tidak menyentuh ke lantai masjid, maksudnya meminta permisi atau maaf kepada orang yang dilangkahinya, kalau bahasa gayonya (niro tabi) karena posisinya mau keluar dari masjid tersebut, langsung dia pulang entah kemana?.
    Dari realita di atas kita dapat mengambil intisari dan makna yang tersimpan secara implisit didalamnya, bahwasanya orang yang seperti itu saja masih menghormati dan menghargai orang – orang yang berada disekitarnya. bagaimana dengan KITA ?

(Oya Mulo)
amik bersitonanen amil bersiparalen, arih – arih pe lempuk ,
jorol ni taruk kuwan belanga ,
peberguk ni imo wan ni uten menengon uten si nge lapang

ditulis oleh Lafizan Ramadhan, S.pd
Asal Lintes kanis Cemparam lama Bener Meriah
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "“AWAH-AWAH MU KEN KULE MU” oleh Lafizan A. Kadihan"