Nilai Sederhana Dalam KEBAIKAN oleh Lafizan Aman Kadihan
Siapapun ia, dimanapun ia mau-tidak mau, yang pasti kebaikan itu akan selalu dibutuhkan dalam ruang lingkup kehidupan diri seorang manusia, ruang lingkup kehidupan manusia didasari oleh ideologi masing-masing dari seorang diri manusia yang akan menjadi sebuah landasan hidup di dalam keseharian. Tentunya ideologi yang bernilai positif. Kemudian Manusia diberikan kebebasan dalam beraktivitas namun tidak semua aktivitas itu dibebaskan, ada aktivitas-aktivitas tertentu yang tidak boleh dilakukan oleh manusia karena tidak sesuai dengan fitrah dan landasan pedoman hidup. Oleh sebab itu, bukan kebaikan yang membutuhkan manusia tetapi manusia yang membutuhkan kebaikan itu sendiri yang berguna sebagai penyelamat dirinya. Moral yang baik bagi manusia sangatlah perlu, karena nilai baik ini sekaligus merupakan ciri khas dari manusia sebagai mahluk individu. dilihat dari adanya perilaku yang jujur, dapat di percaya, dan hal inilah yang menjadi tolak ukur kebaikan dan kebenaran serta kejelekan atau ketidak wajaran. nilai yang baik diperoleh dari power kesungguhan seseorang dalam mencapai kesempurnaan hidup sehingga menjadi prilaku-prilaku yang tangguh dalam menyikapi kehidupan ini.
Kebaikan merupakan perilaku suci yang dihadirkan dari hati nurani insan yang memiliki moralitas tinggi serta ditopang oleh akhlaqul karimah. Kemudian baik itu dinilai oleh sanubari yang diciptakan oleh suri tauladan. Disela-sela itu kebaikan juga memiliki indikator-indikator tertentu yang berlandaskan agama dan budaya, adapun salah satu indikator dalam hal ini adalah;
Kenyamanan
Kenyamanan merupakan hasil dari kebaikan, ketika perilaku baik itu dinilai oleh seseorang maka secara tidak langsung adanya refleksi nilai yang terekam dalam diri sanubari penilai, kemungkinan nilai tersebut tidak dapat diungkapkan berapa nilainya, juga tidak dapat dituliskan pada kertas putih yang bertinta hitam, dan juga tidak dapat digambarkan dengan warna-warni lukisan nilai dari sebuah kenyamanan tersebut, akan tetapi nilai dari sebuah kenyamanan hanya dapat dirasakan oleh hati sanubari. Seseorang akan merasa nyaman dalam hidupnya ketika diperlakukan dengan kebaikan.
Kedamaian
Kedamaian merupakan sebuah kelezatan dari sebuah perilaku yang suci ( baik), dalam kehidupan ini kedamaian salah satu kebutuhan mental dan spiritual yang dinantikan oleh setiap individu, kelompok, ras, etnik, dan sosial- budaya, sehingga dengan kedamaian mampu membawa kebaikan dengan nilai-nilai mulia dan terpuji. Kemudian Kedamaian mampu menciptakan kesejahteraan dan keamanan hidup- berkehidupan bagi insan yang merindukannya, yang bersumber dari sebuah kebaikan yang suci. Justru itu kedamaian adalah salah satu indikator dalam hal mencapai kebaikan yang mampu berkontribusi kepada sesuatu yang bersifat universal. Dalam hal ini, seluruh ciptaan TUHAN yang maha segala-galanya membutuhkan perlakuan baik secara holistik.
Keindahan ( estetik)
Dengan adanya kerja sama antara kenyamanan dan kedamaian yang berlandaskan kebaikan sehingga mampu menciptakan nilai keindahan dalam hidup-berkehidupan ini, kerjasama yang diikat oleh sinergisitas sebuah nilai akan mendorong kepada kebaikan yang bernilai suci kemudian TUHAN menciptakan keindahan seiring dengan kemuliaan. Berbagai corak seseorang menilai dan mengintepretasikan soal keindahan namun dalam hal ini keindahan tidak dapat diungkapkan namun hanya dapat dirasakan, karena semua ini bersifat abstrak. Moral yang berhubungan erat dengan nilai kebaikan sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini lebih –lebih dalam berkehidupan yang sesungguhnya kelak, hakikat kebaikan sebagai penyelamat hidup bagi diri seseorang.
Kebaikan ditinjau dari segi budaya yang berlandaskan agama, sebagaimana dalam kata bijak suku Gayo (Peri Mestike Gayo) yaitu “ Murip I Kanung Edet Mate I Kanung Bumi – Murip Benar Mu ate Suci ” dalam pemaknaan yaitu begaimana kehidupan bersosial sudah memiliki aturan-aturan tersendiri baik itu berlandaskan sendi-sendi budaya dan agama pada khususnya. Hidup dalam kandungan adat merupakan identitas seorang diri begitu juga hidup dalam kandungan agama yang lumrahnya kepada kebaikan, yang keduanya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata ( Real Life) kebaikan yang hakiki akan berdampak di saat hidup kita benar dan sudah pasti di saat matipun kembali kepada titah fitrah diri seoarang manusia yaitu ( Suci), Oleh sebab itu peliharalah aktivitas kehidupan dengan kebaikan jangan mudah terkontaminasi dengan kebaikan- kebaikan yang hanya menawarkan kesementaraan belaka. Lajunya kemajuan masa membuat seorang diri manusia dituntut untuk mengenal lebih jauh teknologi manusia, sehingga lupa bahkan enggan mengenal teknologi TUHAN yang maha dahsyat. Sebagaimana kita telah diingatkan ALLAH SWT melalui firman-Nya dalam surat Yunus ayat 3 “ sesungguhnya TUHAN kamu ialah ALLAH yang maha menciptkan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy ( singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya (Dzat) yang demikian itulah ALLAH Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran”QS.10:3.
Kemudian firman ALLAH SWT dalam surat yang sama yaitu: yang artinya “ katakanlah “ siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa ( menciptakan) pendengaran dan penglihatan dan siapkan yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” maka mereka akan menjawab “ ALLAH” maka katakanlah mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya” ( Qs. Yunus ayat 31).
Politik ideologi semakin marak kita temukan ditengah-tengah kehidupan bersosial, sehingga semuanya mengatakan bahwa dirinyalah yang paling benar, asyik dan lalai dalam mengoreksi serta menguak-nguak kejelekan orang lain sementara lupa menginteropeksi diri sendiri, kebaikan orang tidak pernah diumbar-umbar akan tetapi kebaikan diri sendiri selalu diprioritaskan atau dalam bahasa Gayonya “ Geretoho Seder-tunin ku cemucut teridah ku sesampe ” fenomena inilah yang sedang melanda warga kehidupan kita saat ini, Mau-tidak mau kita harus mengakui hal itu karena fakta nyata.
Kesimpulan: orang yang baik itu mampu menciptakan nilai-nilai positif dari kenyamanan, kedamaian, dan keindahan yang memiliki kesucian hati yang berintegritas antara mental dan spiritual yang berlandaskan kepada moral.
Ditulis oleh Lafizan Ramadhan, S.Pd
Dari Cemparam Lama
Owner Kursus Famulaqih Takengon
Posting Komentar untuk "Nilai Sederhana Dalam KEBAIKAN oleh Lafizan Aman Kadihan"