Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peranan konteks dalam dunia pendidikan oleh Zikri Fitra


Konteks merupakan situasi dan kondisi dari suatu kejadian yang terjadi. Idhar husin (2014) mengatakan konteks adalah jembatan untuk menghubungkan antara ilmu dan pengetahuan, karena menurut beliau hanya dengan kontekslah ilmu akan bisa terlahir, sebagai contoh beliau mengemukakan bahwa ilmu kesehatan itu berasal dari sebuah konteks yang terjadi, yaitu konteks penyakit, sehingga ilmuwan-ilmuwan kesehatan meneliti sebuah penyakit dengan pengetahuan kemudian dikaitkan dengan ilmu yang ada sehingga lahirlah sebuah ilmu yang sesuai dengan bidang kajian ilmuwan kesehatan itu sendiri. Pendapat di atas dikuatkan oleh radensyah, beliau berpendapat bahwa setiap benda yang ada di dunia adalah konteks, termasuk benda-benda yang kita anggap mati, beliau mengatakan batu itu pada dasarnya hidup, batu selalu menyampaikan pesan kepada manusia, tergantung bagaimana kita sebagai manusia menangkap pesan yang disampaikan oleh batu atau benda-benda yang kita anggap mati lainnya. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konteks itu mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjalani kehidupan sosial Manusia tidak akan pernah lepas dari konteks, tergantung bagaimana manusia itu menanggapi setiap konteks yang ada. Hal ini di dukung oleh teori Jacob L. Mey (2000:41) dalam kajian pragmatik bahwa “context is more than just references. Context is action. Context is about understanding what things are for”.
Dalam dunia pendidikan konteks merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam peningkatan ilmu dan pengetahuan dari peserta didik. Hal ini dikarenakan dalam dunia pendidikan para peserta didik selalu dihadapkan pada konteks yang kaitannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ada. Sebelum kita mendalami konteks ada baiknya kita pahami terlebih dahulu tentang ilmu dan pengetahuan. Ilmu adalah landasan-landasan atau teori-teori yang mendukung pengembangan dari pengetahuan. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Ilmu dan pengetahuan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan sebab apabila salah satu unsurnya terpisah maka tidak akan berfungsi.  Ilmu tanpa pengetahuan tidak akan bisa terarah dan pengetahuan tanpa ilmu akan menjadi kaku.
Kembali lagi kepada kajian konteks, lalu apa kaitan antara konteks dengan ilmu dan pengetahuan? Jadi sebuah ilmu tidak akan lahir dengan sendirinya, ilmu akan hadir dan berkembang apabila ada peranan konteks di dalamnya, bagaimana kita bisa mendapatkan sebuah ilmu tanpa ada kejadian sebelumnya. Ilmu bahasa baru bisa tercipta setelah ada bahasa, para ilmuwan bahasa meneliti tentang unsur-unsur bahasa, penggunaan bahasa serta kegunaan bahasa itu sendiri. Dalam hal ini bahasa merupakan konteks. Jadi, kaitan antara konteks dengan ilmu dan pengetahuan adalah tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan. Tiga unsur ini adalah sebuah paket yang bisa melahirkan ilmu-ilmu baru.
Dalam dunia pendidikan pendidik harus jeli memperhatikan konteks sekitar dalam proses pendidikan, karena dengan cara itulah peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran. Mereka bisa merasakan dan berdekatan langsung dengan objek kajian dalam proses pembelajaran. Realita yang terjadi saat ini para guru terlalu fokus dengan materi yang ada di dalam buku paket, sehingga para peserta didik seolah diajarkan untuk menghayal. Sebagai contoh dalam mata pelajaran bahasa inggris ketika peserta didik belajar tentang narrative text mereka disuguhkan dengan cerita rakyat yang berasal dari daerah lain padahal di daerah sendiri juga ada cerita rakyat dan mereka juga  bisa mengunjungi langsung tempat di mana cerita rakyat itu terjadi, dan itu semua jauh lebih efektif di bandingkan dengan cerita rakyat yang berasal dari daerah lain. Dan banyak lagi hal-hal lain yang bisa di sesuaikan dengan konteks yang ada. Dalam proses pembelajaran peserta didik diarahkan untuk bisa memahami dengan jelas suatu materi yang diajarkan oleh pendidik, yang dalam peri mestike gayo hal ini dikuatkan dengan “I engon sareh, i panang nyata, I amat turah mu tubuh, i pangan turah mu rasa”. Peri mestike di atas mengajarkan kepada kita untuk belajar memahami setiap apa yang ada di sekitar kita. Sehingga dengan adanya kejelasan yang di dapat oleh peserta didik, maka peserta didik bisa mengiplementasikan setiap apa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan selalu memanfaatkan konteks yang terjadi.
Apabila seorang pendidik memanfaatkan konteks maka pengetahuan-pengetahuan dari peserta didik akan bertambah dan berkembang, hal ini dikarenakan peserta didik mendapat pengetahuan dari lingkungan sekitar tempat mereka belajar dan tidak jauh dari kehidupan mereka sendiri. Dalam hal ini pendidik berperan sebagai pengontrol dan pemberi ilmu terhadap pengetahuan yang di dapat oleh peserta didik dari konteks yang ada. Ilmu yang diberikan oleh pendidik adalah berkaitan dengan pengetahuan yang di dapat yang sesuai dengan materi pembahasan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada.
”konteks yang akan mengajarkan peserta didik menjadi orang yang
berilmu dan berpengetahuan”

Generasi Gayo,
*Zikri Fitra, S.Pd Ketua Yayasan Pendidikan Prima Takengen
*pengamat pendidikan Gayo.


referensi
1.    Hasil diskusi bersama Idhar Husin dan Radensyah di desa Belang Pertik, Jamat, kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah pada tanggal 07-09-2014 jam 20.30-23.00.
2.    Jacob L.Mey (2000), Pragmatics; an introduction, Malden: Blackwell Publisher.
3.    Kajian Peri mestike Gayo.


Kata kunci; konteks, pendidikan, ilmu, pengetahuan, Gayo, pragmatik, budaya.
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "Peranan konteks dalam dunia pendidikan oleh Zikri Fitra"