Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Cinta ( Lafizan Ramadhan, S.Pd )

    Melafadzkan kata cinta yang sebenarnya bukanlah perkara yang gampang dan tidak semudah mulut berkata, lidah berucap bak burung beo pandai dan lihai meniru, melainkan melibatkan Hati dan perasaan yang amat sangat dalam. Semuanya berawal dari kata cinta, cinta adalah hasil karya fenomenal yang muncul dari hati dan perasaan terintegrasi menjadi karsa berwujud karya.

    Cinta sering kali dikaitkan dengan hati dan perasaan, cinta tanpa hati bagaikan bintang tanpa cahaya kata seorang pujangga cinta, cinta dan hati tidak dapat dipisahkan melainkan harus disatupadukan dalam ruang yang istimewa. Setiap manusia diberikan ruang untuk mengelola rasa cinta sebagai fitrah dalam kehidupannya dan sebagai mata rantai menuju kasih sayang yang abadi. Dengan cinta manusia dapat bersaudara,berbagi, berkasih sayang, dan mengikat erat tali persaudaraan sebagaimana mestinya.

    Cinta yang ada pada diri manusia adalah cinta yang benar-benar cinta bukan sembarang cinta apalagi cinta rekayasa dan bukan pula cinta nafsu belaka. Kehadiran cinta dalam hati manusia mampu mengubah dirinya sendiri, mampu bersyukur dan mampu berkorban untuk segala-galanya.

    Quraish Shihab melukiskan kata cinta dalam kalamnya yaitu, Cinta terhadap siapa pun, bertingkat dan beragam. Ada cinta yang cepat perolehannya cepat pula layunya. Ada yang sebaliknya, lambat diperoleh lambat pula layunya. Ada pula yang cepat tapi lambat layunya ini pun ada yang sebaliknya. Yang terbaik adalah cepat dan langgeng. Dan tingkatan cintapun beragam. Ada yang menjadikan sang pencinta larut dalam cinta sehingga terpaku dan terpukau, dan bahkan tidak ada lagi menyadari keadaan sekelilingnya kerena yang dirasakan dan terlihat hanya sang kekasih. Cinta adalah dasar dan perinsip perjalanan menuju Allah SWT.

    Al-Qusyairi dalam Quraish Shihab melukiskan cinta kepada Allah atau mal-mahabbah sebagai mementingkan kekasih daripada sahabat. Maksudnya, mementingkan hal hal yang diridhoi Allah SWT. Daripada kepetingan ego, jika kepentingan itu bertentangan dengan ketentuan Allah SWT. Al-qur’an secara tegas menyatakan, kalau kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu (QS. Ali Imran Ayat 31).

    Hakikat cinta yang sebenarnya adalah cinta kepada Allah SWT. Karena cinta kepada Allah adalah sesuatu yang berkualitas tinggi dan memiliki tempat yang spesial dalam Hati manusia (Qalbun Salim). Lalu kenapa harus ada cinta? Karena keeksistensian cinta yang ada dalam diri manusia itu tidak terlepas dari pemilik cinta itu sendiri. Cinta itu harus terus dipupuk dan dirawat oleh manusia itu dan cinta itu terus bersemayam dalam diri manusia sampai manusia itu menemui tuhanya. Sebab cinta itu sifatnya adalah menyatukan pecinta dengan yang dicinta dalam bingkai Ketaatan sebagai tolak ukurnya.

    Jadi hakikat cinta itu adalah siapa yang mencintai sesuatu maka dia akan sering bahkan banyak menyebut nyebutnya dalam kehidupanya dalam hal ini adalah zikrullah. Itu bertanda bahwa seseorang itu sudah menemukan lezatnya berzikir dengan rasa cinta.

    Oleh sebab itu semoga kita meraih cinta Allah SWT. Yang cinta-Nya itu melekat erat dan bersemayam dalam Qalbu kita. Amiin.

Ditulis oleh Lafizan Ramadhan, S.Pd
Pimpinan Kursus Famulaqih Takengon
Alumni Prodi Bahasa inggris STAI Gajah Putih
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "Hakikat Cinta ( Lafizan Ramadhan, S.Pd )"