Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

dibalik kata "Hanahpe cerite ruang tengah enti sawah kosong" *Zikri Fitra Aman Qaulan

    Ungkapan tersebut sering sekali diucapkan ataupun kita dengar di tengah-tengah masyarakat Gayo. Apabila kita telisik lebih dalam lagi, sebagian beranggapan bahwa ungkapan tersebut adalah bentuk upaya pemenuhan kebutuhan jasmani untuk bertahan hidup dan upaya sadar manusia untuk tetap melanjutkan hidup. Lalu, apakah hal itu bertentangan dengan fitrah diri manusia? Tentu saja tidak. Hal itu memang harus dan wajib dipenuhi oleh setiap manusia dengan cara berusaha semaksimal dan sebaik mungkin. Sehingga pemenuhan kebutuhan ruang tengah secara jasmani dapat dilakukan dengan cara yang baik dan sesuai dengan petunjuk yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

    Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan atau dalam hal ini bisa juga disebut nafkah Rasulullah SAW bersabda:

Sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah.” (HR. Ibnu Majah)

    Dari hadist tersebut diatas, dapat kita ambil pelajaran yang sangat berharga bahwasanya pemenuhan kebutuhan terhadap keluarga apabila benar-benar ingin mengharapkan ridha Allah SWT maka haruslah dilakukan dengan ikhlas sehingga proses pemenuhan kebutuhan tersebut bernilai pahala.

    Apabila dikembalikan ke pembahasan awal bahwasanya ruang tengah yang dimaksudkan tidaklah terfokus kepada pemenuhan kebutuhan secara jasmani saja. Melainkan lebih dari itu pemenuhan kebutuhan yang dimaksud dalam catatan singkat ini adalah tidak hanya tentang pemenuhan kebutuhan lambung melainkan pemenuhan kebutuhan Hati. Apabila kita mengkaji masalah lambung yang kebutuhannya berbentuk materi manusia normal hanya bisa menampung makanan sebanyak 1 kilogram dan 1.5 liter cairan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan berbentuk materi untuk mengisi ruang tengah manusia sangatlah terbatas.

ilustrasi pxhere

    Disisi lain apabila kita menelisik kembali pemenuhan kebutuhan ruang tengah yang berbentuk rohani seorang manusia bisa dengan leluasa menyantap makanan rohani dengan tidak ada batasan sama sekali bahkan semakin banyak manusia mengisi ruang tengahnya dengan makanan rohani maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut juga akan mendapatkan manfaat secara jasmani pula.

    Jadi sebagai kesimpulan untuk memaknai kata-kata "hanah pe cerite ruang tengah enti sawah kosong ( apapun kondisinya ruang tengah jangan sampai kosong" Kita selaku makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan bentuk yang paling sempurna haruslah memaknai kata-kata tersebut dengan bijaksana. Tidak hanya fokus kepada pemenuhan kebutuhan ruang tengah dengan ha-hal yang berbentuk materi saja. Melainkan lebih dari itu isilah ruang tengah dengan hal-hal yang positif bisa dengan dzikir, berbaik sangka, hilangkan najis bathin sehingga pemenuhan kebutuhan ruang tengah secara rohani dapat dijalankan dengan baik dan konsisten.


ditulis oleh Zikri Fitra, S.Pd Aman Qaulan
Pemilik usaha Tos Pe Kupi
berasal dari jongok kebayaken
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

1 komentar untuk "dibalik kata "Hanahpe cerite ruang tengah enti sawah kosong" *Zikri Fitra Aman Qaulan"

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus