Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sawah beden sawah nemah *catatan Radensyah

 
    Dulu, ketika orang tua kita pulang dari kebun biasanya selalu membawa keperluan untuk digunakan dirumah atau untuk kebutuhan keluarga. Mungkin hal serupa saat inipun masih dilakukan para orang tua di gayo. Sering kita lihat saat ayah dan ibu kita pulang dari kebun selalu membawa kayu bakar atau sayur. Sering juga kita lihat ibu-ibu “bejangkat” membawa kayu bakar dan seorang ayah kita lihat membawa potongan kayu di pundaknya. Dulu para orang tua membawa kayu bakar atau apapun untuk keperluan dirumah, dibawa sesuai kesanggupan mereka, karena belum ada kendaraan. Setiap hari ayah dan ibu kita membawa kayu tersebut sedkit demi sedikit. Ketika kita selaku anak pergi kekebun, orang tua kita selalu berpesan, contohnya seperti, “ulakke mahko kase utem tekek anakku, kati sawah beden sawah nemah”.

    Bila si anak tidak membawa kayu bakar saat pulang dari kebun, ibu atau ayahnya akan mengatakan, sana kati gere ma ko utem wen, jadi tekekpe, aturen sawah beden sawah nemah. Begitulah ucapan orang tua kepada anak tersebut. Ucapan tersebut sederhana, namun mengandung pesan yang sangat dalam.

    Ucapan tersebut merupakan nasehat bagi kita agar dalam hidup ini pandai memanfaatkan waktu dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Selain itu, kita dididik untuk komitmen melakukan pekerjaan, meski sedikit, apabila dilakukan terus menerus akan membuahkan hasil. Kayu bakar yang dibawa setiap pulang dari kebun dengan jumlah yang sedikit walau hanya sedikit, namun apabila senantiasa dikerjakan akan menjadi banyak. Saat dirumah tentu kita tidak berfikir lagi jika hendak memasak atau membuat api apian karena bahan bakarnya sudah tersedia.

    Ungkapan sawah beden sawah nemah ini merupakan ungkapan berisi nasehat dan harapan. Adapun makna yang dapat kita jadikan pelajaran adalah, mendidik kita untuk selalu bekerja dan jangan bermalas malasan. Bekerja tidak harus berat dan menguras tenaga besar besaran, bekerjalah kita sesuai kemampuan, sedikit, tapi istiqamah dalam menjalankannya. Saat ini banyak kita lihat anak-anak yang mudah sekali menyerah, mengeluh dalam bekerja. Sangat berbeda sekali dengan orang tua jaman dahulu, semangatnya sangat luar biasa, padahal belum ada kendaraan.

    Ungkapan sawah beden sawah nemah ini seharusnya dapat kita jadikan semangat, motivasi  dalam bekerja, diharapkan kita dapat memanfaatkan waktu luang, tenaga, masa muda untuk hal-hal yang bermanfaat dimasa yang akan datang. Apapun jenis dan bentuk pekerjaan Kita, mari berupaya terus agar sawah beden, sawah nemah. Sebagai penutup penulis berikan contoh dari perspektif media sosial ini yakni paket internet kita habis seharusnya untuk hal yang bermanfaat ataupun menguntungkan, bukan untuk yang tidak bermanfaat dan merugikan, bila seperti ini, artinya sawah beden, gere sawah nemah. Sangat rugi sekali.

ditulis oleh Radensyah

Konten kreator

dari Rimba Raya, Pintu rime gayo, Bener Meriah

Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

2 komentar untuk "Sawah beden sawah nemah *catatan Radensyah"