Menjaga Lisan Interpretasi Tajwid oleh Jalaluddin Aman Diva
MENJAGA LISAN INTERPRETASI TAJWID
*Jalaluddin, S.Pd
Sekarang mari kita kenal terlebih dahulu arti daripada Tajwid, Abdullah Asyi ari AB. Dalam pelajaran Tajwid pada Tahun 1987 M, mengemukakan, TAJWID ialah ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membunyikan huruf dengan betul, baik huruf yang berdiri sendiri maupun huruf dalam rangkaian, kegunaan Tajwid yaitu untuk memelihara Bacaan Al-quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan membacanya.
Itulah makna, kegunaan, fungsi mempelajari Ilmu Tajwid. berarti ilmu tajwid juga dapat dikatakan Tata cara, lafadz, dan Ketepatan, kefasihan dalam mengucapkan huruf yang ada dalam Al-quran, utuk memelihara dan menjaga makna dari kandungan ayat Al-quran itu sendiri, dari makna dan kegunaan tajwid tersebut Terbayang dalam benak penulis jika dituangkan kedalam Perspektif kehidupan. Bagaimana jika tajwid itu kita padukan kedalam keseharian dan harus dimiliki juga oleh tiap individu manusia, terlepas dari luar pelajaran tajwid membaca Al-quran yaitu kita racik dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana penerapan/realisasi dalam kehidupan, tidak terlepas dari berbicara, berkomunikasi, interaksi sesama manusia, dan makhluk lainnya. hal tersebut sudah barang tentu sangat indah, dan nyaman, jika hidup kita “BERTAJWID”.
Dalam berkehidupan ini individu manusia tidak terlepas dari sifat yang baik, bermasyarakat harus dengan baik, berkawan, dan berbicara dituntut untuk baik dan harus baik, karena itu fitrah manusia. Disinilah bertajwid itu kita persandingkan dalam kehidupan, ilmu tajwid itu seperti yang di jelaskan diatas, tentu dalam kehidupan kita bagaimana manusia itu menampilkan atau mencerminkan, nilai-nilai akhlak yang baik, dalam masyarakat, pendidikan dan semua aspek. Adapun contoh kita ambil dari ilmu tajwid, didalam ilmu tajwid ada kaidah nada mendengung, ada nada panjang disebut dengan harkat, mad dan lain sebagainya, itu semua ada tempatnya tertentu dimana menggunakan kata tersebut, tidak semua bacaan dalam Al-quran itu dibaca mendengung, dan tidak semua panjang bacaannya bahkan jika salah satu huruf bacaannya seharusnya tidak panjang akan tetapi di panjangkan itu kesalahan yang cukup serius, atau sebaliknya, begitu pula ketika berbicara, bertindak itu tidak semua mengunakan nada tinggi, menasehati orang lain tidak harus dengan cara bersuara lantang, contoh lain pada sholat jumat khatib naik ke atas mimbar menyampaikan mauidzah ringkas ataupun berwasiat kepada para jamaah, bukankah kita hanya mengingatkan dan menginformasikan hal-hal yang baik dan bermanfaat, bukan menghardik, dan mencaci-maki ,saling menjatuhkan dan contek menyontek untuk jumat ini contek khatib sebelumnya naik lagi kahatib yang satu lagi contek khatib untuk jumat depan, seperti dalam arena berdidong, inilah regulasi penyebab tidak bertajwid tidak mengetahui tempat dimana contek-menyontek itu tempatnya. Jika hal seperti ini dibiasakan tentu akan menghasilkan bunyi yang tidak bernada sahdu di tengah-tengah jama’ah, karena yang disampaikan membunyikan perkataan-perkataan yang menanamkan luka yang beracun dosa. disitulah guna dan perlunya kita bertajwid dalam kehidupan, agar kita menjaga dan memelihara Lisan kita dari perkataan-perkataan yang tidak wajar diucapkan. “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuanya menjaga lisan” (H.R. Al-Bukhari).
Menjaga dan memelihara lisan itu salah satu bentuk bertajwid didalam hidup, jika tidak bernilai baik utuk orang lain yang ada hanya merusak orang lain diam saja tidak usah membuka gerbang aib diri sendiri. karena salah satu gunanya mempelajari tajwid agar memelihara lisan dari kesalahan membacanya. Bercerita masalah hukum, dalam pelajaran tajwid hukumnya fardu kifayah. Membaca Al-quran dengan baik sesuai dengan ilmu tajwid hukumnya fardu Ain, berbicara tentu semua orang memiliki hak untuk berbicara, sekalipun anak-anak, bayi dan orang gila, berbicara denagan lisan yang baik sesuai dengan anjuran Rasullullah SAW itu harus, siapapun dia.
Jadi bertajwid didalam Bacaan Al-quran membunyikan huruf-huruf dengan betul, memelihara bacaan Al-quran dari kesalahan serta memelihara lisan dari kesalahan membaca. Bertajwid dalam hidup menjaga lisan dari perkataan-perkataan yang kurang baik, untuk menghasilkan bunyi yang bersenandungkan akhlak memancarkan sinar adab dalam menerangi kegelapan di tengah-tengah masyarakat. Dan yang perlu ditajwidkan dalam kehidupan menjaga pembicaraan menepatkan tajwidnya (enti ngengum), kekata dalam gayo ” si kemali enti i cecerak, si cemak enti i amat-amat, si berat enti i tetatang, si ringen enti i lelayang ke si mu buntul keta enti i reroroh” pun demikian “Berat e nge salah tatang, ringen nge salah layang, si cemak nge salah amat, si kemali ne nge salah peri, keta lat batat, rumput, ranting, kayu atu muserah ku bage we”
Bertajwid i was ni murip kati enti musepit kite was jelen sempit,
Urum bertajwid kusi sibeluh jema gere ara mu niwit, bier peh ku si karit gere mujerit ike bertajwid,
Urum bertajwid Si mulelingang gere naeh mu angiek kerna nge i didik urum cerak bertajwid
Bier peh ilmu te rilip, ike gere urum tajwed si dele we jema mu niwit,
Kati enti jema mu niwit Lisan bertajwid hati bertahmid.
ditulis oleh Jalaluddin, S,Pd Aman Diva
Alumni STAI Gajah Putih Takengon
Anggota Kerenem Gayology
Keren ni.. sederhana dan mengena..
BalasHapustrma kasih Pak Ilham jaya. senang sekali bisa mendapat aapresiasi dari bapak.
Hapus