Hati seperti lemari oleh Radhian Aman Rizqan
Hampir semua orang memiliki perabot dalam rumah tangga seperti kursi, meja, lemari, dan tempat tidur. Setiap perabot tersebut memiliki fungsi masing-masing dan ditempatkan di tempat yang berbeda-beda.
Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai fungsi lemari saja. Sebagai mana telah biasa kita gunakan bahwa fungsi lemari itu untuk menyimpan pakaian yang kering, bersih, sudah di setrika, dan pakaian yang masih layak pakai. Pakaian yang kotor tentu bukan lemarilah tempatnya.
Demikian juga lemari makan, di sana hanya tersimpan makanan-makanan yang masih layak untuk di konsumsi. Makanan yang sudah basi pasti tidak akan kita biarkan berada di dalam lemari makan tersebut.
Jika kita ibaratkan lemari itu seperti hati, yang masing-masing dimiliki oleh manusia. Maka fungsikanlah hati itu sesuai fungsinya. Dalam ilmu biologi fungsi itu sebagai penawar racun yang masuk kedalam tubuh.
Menurut Imam Al-Ghazali fungsi hati untuk merasai, mengenali, mengetahui dan memahami suatu perkara atau ilmu.
Pada dasarnya, semua barang-barang dapat kita simpan ke dalam lemari. Apakah barang itu basah, kotor, busuk atau memiliki bobot yang cukup berat. Asalkan barang tersebut lebih kecil ukurannya dari pada lemari. Namun jika benda-benda itu terlalu lama bahkan terlalu sering disimpan di dalam lemari itu, maka dapat di pastikan akan cepat rusak dan tidak dapat lagi difungsikan dengan baik.
Begitu juga dengan hati, segala sifat baik dan sifat buruk akan mampu ditampung oleh hati. Jika sifat buruk yang terus-menerus kita simpan seperti sifat riya', sombong, rakus, marah, dendam maka hati akan rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Rasulullah SAW, bersabda yang artinya:
"Jika seorang hamba berbuat dosa, maka akan ditorehkan sebuah nokhtah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristighfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari nokhtah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, nokhtah-nokhtah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya" (H.R Tarmidzi dan Ibnu Majah)
Rusaknya hati lebih berbahaya daripada rusaknya anggota tubuh yang lain. Maka simpanlah sifat-sifat yang baik di dalam hati, seperti sifat ikhlas, sabar, pemaaf, syukur, dan rendah hati. Sifat-sifat yang baik ini mampu merubah perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menyimpan sifat-sifat yang baik dan barang-barang yang baik, hati dan lemari juga perlu dirawat supaya awet. Misalnya perlakukanlah dengan baik, pada saat membuka dan menutup pintu tentu harus dengan hati-hati supaya pintunya tidak rusak. Jika pintunya rusak maka barang-barang yang ada di dalamnya akan mudah rusak juga bahkan bisa hilang.
Demikian pula dengan hati. Hati harus selalu dirawat agar kebaikan dalam diri manusia itu tumbuh dengan subur. Rawatlah dengan cara selalu berzikir kepada Allah SWT jangan biarkan nokhtah-nokhtah bersemayam di dalam hati.
ditulis oleh Radhian, S.Pd.I
Alumni PAI STAI Gajah Putih Tkn
tinggal di Kebayaken
Alhamdulillah, tulisan mencerahkan 👍👍👍😀
BalasHapuscerah pedeh pak. menusuk jiwe. pak ge
BalasHapus