Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Falsafah dasar kebersamaan & persatuan dalam budaya gayo "keramat mupakat..." oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I

    
Kondisi orang-orang saat ini banyak dari mereka menonjolkan diri atau mencari pengakuan orang banyak untuk dianggap "wah" menonjolkan pertentangan dengan cara berdebat, tindakan yang lainnya mereka sangat senang membuat kegaduhan atau kebersatuan menjadi bercerai-berai, dan membangun permusuhan.

    Tindakan-tindakan bernilai baik, seperti yang sudah diamanahkan leluhur kita dahulu khususnya suku Gayo, yakni "mupakat" yang bermakna berunding; berbicara dengan sebaik-baiknya dulu agar dapat mencapai kesepakatan bersama dengan baik, saat ini sudah ditinggalkan.

    Jika disadari dengan sesadar-sadarnya bahwa tindakan-tindakan yang kemupakatan, sesuai yang tersebut di atas merupakan tindakan yang mulia. Dapat dikatakan hasil keputusan yang didapatkan berdasarkan mupakat tersebut bernilai (1) sakti, (2) bersih, dan (3) baik. Makna 'sakti' yang dimaksud kontek ini adalah kuat dan baik juga tidak tergoyahkan kekuatannya, karena sudah berdasarkan kesepakatan bersama. Bersih dan baik maksudnya keputusan itu tidak ada ternodai karena sudah bersifat 'kolektif kologia'.

    Jadi, kesaktian yang baik dan tidak bernoda itu dicapai dengan cara kebersamaan dan kekompokan bersama sehingga bangkitlah kekuatan. Sangat aneh jika ada suatu wilayah yang menggunakan pesan leluhur ini menjadi sombol, di balik saling bercerai-berai, terjadi perpecahan, saling membuka aib sesama dan saling membusuk-busukan satu sama lainnya.

    Mupakat, merupakan perbuatan mendapat suatu kesimpulan dan hasil melalui musyawarah adalah langkah untuk mencapai mufakat atau kesepakatan. Dan keramat dalam konteks yakni sesuatu yang dianggap berharga bagi penghormatan atau pencurahan yang bersumber atas peran spiritual

    Hasil yang nernilai keramat dapat mendatangkan kesadaran atau wahyu bagi para penganutnya. Hal-hal yang sering dianggap keramat dapat berupa barang, tempat atau keputusan atas sesuatu. Hal ini bernilai bersih dan yang luar biasa di luar akal dan kemampuan manusia biasa, hal ini karena ada campur tangan Tuhan.
    Inilah harapan leluhur suku Gayo terhadap generasinya sekarang dan seterusnya, agar bersatu, bersama dahulukan kebersamaan dalam segala aspek musyawarahkan segala permasahan dengan mupakat dengan baik dan anjuran Tuhan agar bernilai "keramat". Hindari perpecahan, bercerai-berai dan saling membusukan satu sama lainnya, di Gayo perbuatan ini disebut "madu ni edet", dan tindakan semacam ini sangat dibenci oleh leluhur orang Gayo. Mereka punya landasan dasar kehidupan, yang terwujud tuturan bernilai hikmah (Peri mestike), yakni "Keramat Mupakat...".

Ditulis oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I
Ketua STIT Al-Washliyah Takengon
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "Falsafah dasar kebersamaan & persatuan dalam budaya gayo "keramat mupakat..." oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I"