Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sabar tidak ada batasnya oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I

source : lintasgayo.co
    Ungkapan ini sangat mudah diucapkan, tetapi perlu amalan ekstra untuk mengaplikasikannya. Sabar merupakan bentuk dari kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri. Dan juga "sabar" dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa seorang pemilikinya.

    Simpelnya, sabar ini adalah bentuk sikap menahan emosi dan keinginan. Sikap sabar merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan dalam keadaan sulit. Kesabaran sangat butuh melibatkan ketekunan dalam menghadapi penundaan dan menghadapi peristiwa lainnya.

    Untuk menjadi sabar dalam hidup ini tidak penting digembar-gemborkan kepada orang, menyatakan bahwa "saya sabar dan sabar itu ada batasmya". Jika pada kajian konsef Islam dan filsafat kesabaran manusia sebetulnya sabar itu tidak ada batasnya, jangan terprovokasi oleh pikiran iblis dan rayuan setan laknatullah. Jika sabar masih berbatas berarti orang itu belum masuk kedalam kategori penyabar, melainkan hanya masuk usaha penundaan ketidak baikan semata.

    Sabar yang sebenarnya atau sabar yang hakiki yaitu sabar yang sifatnya permanen selanjutnya harus dapat direalisasikan ke dalam semua aspek kehidupan, tidak hanya sebagai materi dakwah semata dalam meraih amplop dan untuk mencari simpatik orang lain dengan menggembar-gemborkan sabar ke sana kemari. Tetapi ketika ia diuji Allah SWT dengan kekurangan materi, uang, disakiti dan harta juga jabatan, di sini hilanglah nilai-nilai kesabaran yang diteriak-teriakan sebelumnya. Jadi sabar yang dikatakannya hanya untuk mencari amplop dan populeritas saja.

    Tidak jarang orang lain memancing sikap kita dalam menghadapi suatu isu atau permasalahan agar bertindak membalas atau menyakiti perasaan. Dan, bahkan tidak sedikit orang sempat masuk ke dalam perangkap ketidak sabaran tersebut.

    Sabar ini bukan hanya berkaitan dengan meredam almarah belaka. Tapi, lebih dari itu, kita harus sabar dalam bersikap, sabar dalam menunggu giliran berbicara, sabar dalam menunggu antrian, sabar dalam memberi info dan pemahaman kepada orang lain, sabar dalam melaksanakan shalat (tidak gerasa-gerusu), sabar menghadapi orang-orang yang sukanya hanya membangun keributan dan sabar-sabar yang lainnya.

    Berdasarkan pengamatan dan pengalaman agar kita bisa sabar menghadapi orang-orang yang memancing almarah dan emosi negatif lainnya, adalah (1) fahami latar belakang orang tersebut dengan baik. Kemudian (2) fahami setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, selanjutnya (3) setiap orang yang sudah kita perlakukan dengan baik, namun di balik itu mereka membalasnya dengan tidak baik, maka dapat disimpulkan bahwa orang tersebut ada sakit di dalam jiwanya.

    Sebab kalau manusia normal pasti butuh kebaikan, mengerti tentang kebaikan dan mereka faham bahwa itu adalah kebutuhan setiap jiwa manusia yang baik. Jadi, fahamilah jika ada seseorang sudah diperlakukan dengan baik, tetapi ia menyikapi serta membalasnya dengan kebusukan atau pembusukan dapat disimpulkan orang tersebut memiliki hati yang bernoda dan jiwa yang sakit. Jadi, untuk menyikapinya, yakni jangan perdulikan orang tersebut, jika kita pedulikan, maka jiwa kita sakit dan hati kita juga masih kotor, ya sama-sama busuknya.

Ditulis oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I
Ketua STIT Al-Washliyah Aceh Tengah
Pengkaji Nilai Budaya gayo
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "Sabar tidak ada batasnya oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I"