Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MERASA BESAR DENGAN MENGECILKAN ORANG LAIN oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I

 Janganlah sekali-kali meremehkan orang lain, terkadang dan tidak tertutup kemungkinan orang yang kamu perlukan adalah mereka yang pernah kamu remehkan. Jangan pernah merasa besar dan mengecilkan orang lain. Jangan pernah merasa lebih hebat dan meremehkan orang lain. Jangan selalu merasa benar dan lantas menghakimi orang lain selalu salah. Kamu dan mereka, dan semua kita punya sisi baik dan sisi buruk, ada kelebihan dan ada kekurangan sekalipun kamu itu orang kaya dan pejabat sekalipun tidaklah ada yang sempurna.

 Sekalipun engkau orang kaya atau pejabat yang diberi waktu dan tempat berbicara di depan khalayak ramai, berhati-hatilah; bedakanlah antara menasihati dengan menjelek-jelekan sehingga jatuh sampai meremehkan orang lain. Ingat, menasihati berarti kita menginginkan orang menjadi baik dan lebih baik. Sedangkan, menjelek-jelekkan di sini ada unsur kesombongan dan merasa diri lebih hebat atau lebih baik dari orang lain.

 Artinya janganlah memandang rendah, sepele atau meremehkan orang lain hanya karena tidak lebih kaya, tidak lebih cerdas, tidak lebih beruntung dan karena hanya kamu itu lama tinggal di kota besar. Tidak terlepas kemungkinan di mata Allah SWT tidaklah melihat jabatan mu apa, kekayaan mu seberapa, kamu tinggal di mana, tetapi yang dinilai dan dilihat oleh Allah adalah hati dan batin mu baik atau tidak, bercahaya atau kabur. Bisa saja di mata Allah arang dan batu bara yang hitam legam bisa jadi lebih bercahaya dibanding intan berlian batu mulia.

 Berkaitan dengan hal remeh-meremehkan dalam berkehidupan ini teringat kami dengan petuah dari Guru PMP kami semasa SMP dahulu (yang sangat kami banggakan: Bapak Abdul Kadir), kurang lebih beliau mengatakan bahwa "emas walaupun mulia dan mahal bahkan lebih berharga daripada kayu. Tetapi saat kita hanyut dan mau tenggelam, maka kayulah yang lebih berguna dari pada emas, bahkan emas itu saja kita buang demi memegang kayu untuk keselamatan diri kita.

 Oleh karenanya, jangan menganggap remeh dan sepele kepada siapapun dan masalah sekecil apapun. Bisa jadi saat ini mereka masih dalam proses memperbaiki diri, suatu saat di depan mereka akan tampil lebih baik dari kamu, hal ini berkemungkinan besar takan terjadi.

 Sudah-sudahlah berhentilah meremehkan dan memandang remeh media orang mendapatkan nafkahnya. Bukan karena mereka berprofesi dijalanan dan menyisipkan jajanan di jalanan dan kamu duduknya dikantor yang bangunannya megah ber ac , pakaian mu mahal dan mewah, terus kau anggap orang-orang ini hina, remeh dan kau jadikan sebagai bahan guyonanmu.

 Ingat dan yang harus diingat adalah nafkah yang mereka dapat dari rejeki yang bersih dan halal walaupun pakaiannya kotor dan tempatnya di jalanan, tetapi nilainya jauh lebih bersih dan mulia daripada kamu yang sepele dan meremehkan mereka, mereka tidak saling laci negara, mereka tidak mencuri uang rakyat, mereka tidak menyunat jatah pakir miskin dan lainnya.

"Hati yang bersih dalam balutan baju yang kotor itu lebih mulia daripada hati yang kotor di dalam balutan baju yang bersih"

 Jangan menganggap diri dan dianggap orang itu hebat dan mulia serta rendah hati dilihat dari mahalnya pakaianya dan perkataannya. Karena perkataan dan pakaian itu jika tidak jeli kita perhatikan semua itu bisa membohongi dan berbohong. Jadi bagaimana kita bisa faham bahwa orang itu baik hati, sekilas secara garis besarnya, adalah;

1. Tidak suka menyinggung orang lain.
2. Tidak suka menyimpan dendam.
3. Tidak iri dengan kebahagiaan dan
keberhasilan orang lain.
4. Tidak butuh pengakuan dari pihak lain.
5. Tidak berprilaku dan bertindak egois.

 Jadi orang yang baik hati dan yang tidak sok hebat, yang memandang remeh pekerjaan orang dan menganggap dialah yang paling segala-galanya, hal ini dapat terdeteksi dari apapun yang mereka kerjakan yang terasa selalu ada dalam tulus dan selalu berusaha membuat orang lain nyaman, ini sebagian kecil indikasi orang yang baik hati.

Menjadi baik kepada orang lain adalah warisan yang indah untuk ditinggalkan. (Taylor Swift). Dalam konteks ini Rasulullah menegaskankan, bahwa; Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim no. 91).

Maksudnya, meremehkan pekerjaan orang, profesi orang dijadikan sebagai bahan tertawaan. Ini adalah suatu sikap dan prilaku yang masuk ke dalam kategori prilaku sombong bahkan angkuh.

Simpulannya, Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya suatu kaum bisa dimuliakan oleh Allah lantaran kitab ini, sebaliknya bisa dihinakan pula karenanya.” (HR. Muslim no. 817).

Ditulis oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I
*Ketua STIT Al-Washliyah Takengon
*Peneliti Budaya Gayo
Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "MERASA BESAR DENGAN MENGECILKAN ORANG LAIN oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I"