BAHASA GAYO WUJUD DARI "CULTURAL CONCEPTS" STANDARISASI TRADISI LISAN oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I.
BAHASA GAYO WUJUD DARI "CULTURAL CONCEPTS" STANDARISASI TRADISI LISAN
Dalam konteks bahasa lisan yang berada pada tradisi lisan, bentuk bahasa yang masyarakatnya gunakan adalah masuk kedalam kategori "Language Use" bukan dalam kelas "Language Usage". Lebih detail lagi bahasa yang ada di dalam suatu masyarakat yang berlandaskan pada kebiasaan tradisi lisan, maka wujud bahasanya adalah wujud "parole" bukan wujud tulisan bersistem, yaitu "la-langue".
Bahasa yang berstandar pada tradisi lisan, dalam kajian Kraf ini masuk ke dalam kategorisasi non-arbitrer, yang mana kebanyakan simbol itu terkait erat dengan yang disimbolkan bahkan makna tersirat dari tuturan tersebut ada di balik simbol tersebut. Atau dengan istilah lainnya penandanya ada di balik tanda yang ditandakan ata signifier dan signified.
Contoh penanda yang ada di balik tanda yang non arbitrer, yakni pada ragam hias motif kerawang Gayo. Yang mana terminologi "kerawang" itu sendiri dikaji secara estimologi berasal dari dua suku kata, yakni "ker" dan "rawang". Kedua ungkapan ini mengekspresikan proses dari asal mula terbentuknya penanda ragam hias Gayo ini, sehingga ia menjadi petanda bahwa di masing-masing motif terdapat makna yang tersirat yang mengarah pada arahan, petunjuk dan aturan di dalam menjalani kehidupan.
Di sisi lain, adalagi wujud bahasa lisan suku Gayo bermodus tuturan tidak tersimbulkan yakni di dalam tuturan tersebut memiliki makna yang tersirat, seperti basa edet atau tuturan PM (Peri Mestike), yang mana setiap tuturannya bermodus tidak langsung dan tidak literal (indirectness and non-literal). Di dalam konteks kajian etno-pragmatik (Gorddard) tuturan masuk ke dalam kelas "cultural concept" (CC) atau konsep budaya yang disampaikan melalui proses "turun babah" yaitu dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi.
Di dalam konsep "CC" ini yang merupakan petanda yang membawa penanda, yakni ada pesan tersirat, yang bersifat non-arbiterer maka tersampaikanlah yang tersirat tersebut kepada mitra tuturnya atau audiences di sekitarnya, yakni tentang maksud dan tujuan dari tuturan tersebut. Intinya bahasa Gayo merupakan wujud bahasa yang berstandardkan kepada budaya tradisi lisan dan modus dari tuturan adat yang mereka budayakan adalah tidak langsung dan tidak literal.
Di dalam tuturannya (bahasa Gayo), khususnya bahasa adat atau tuturan PM memiliki penanda dan petanda yang bersifat non-arbiterer. Kategoti rumpun tuturan masuk kepada language use, yaitu speech act tindak tutur yaitu apa yang kamu pikirkan dengan tuturan yang dituturkan, yang tergantung konteks. Di balik petanda tepatnya di dalam kandungan penanda terdapat daya implikatur yang komprehensif.
Ditulis oleh Ama Dr. Joni, MN, M.Pd, B.I.
Ketua STIT AL WASHLIYAH TAKENGON ACEH TENGAH
PENELITI BUDAYA GAYO
Posting Komentar untuk "BAHASA GAYO WUJUD DARI "CULTURAL CONCEPTS" STANDARISASI TRADISI LISAN oleh Dr. Joni MN, M.Pd, B.I."