Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AKAL KIN PANGKAL KEKIRE KIN BELENYE MENCEGAH KORUPSI ( Radensyah )

    Akal membutuhkan pemaknaan dari dimensi penciptaan manusia. Akal pada manusia pada dasarnya terikat dengan kebaikan. Akal perlu diletakkan dalam posisi yang suci karena secara proses penciptaan akal dalam diri manusia adalah baik. Kebaikan akal seseorang datang dari jiwa yang suci. Diantara amanah atau manat patanah orang tua di gayo kepada anaknya salah satunya adalah peri mestike Akal kin Pangkal Kekire kin Belenye. Sering kita dengar seorang ibu menasehati anaknya dengan peri mestike ini dengan harapan anaknya kelak menjadi anak yang baik. Menurut analisis penulis, mungkin berdasarkan konteks dan kecenderungan inilah digayo dikenal ungkapan akal menjadi kin pangkal (akal kin pangkal). Pakar peri mestike gayo, Dr. Joni, MN, M.Pd, B.I, mengkodifikasikan Akal kin Pangkal kekire kin belenye sebagai harapan dan nasehat. Beliau menggolongkan peri mestike ini kedalam bentuk tindak tutur Asertif. 

Selanjutnya, untuk ungkapan “kekire kin belenye” memiliki kaitan makna yang dirunut dari akal kin pangkal. Berdasarkan hasil diskusi dengan Ama Dr. Joni, MN, 
kekire berkaitan dengan inovasi seseorang. Beliau menekankan Kekire seseorang harus berdasarkan akal yang baik yang berasal dari kesucian jiwa. 

    kekire ken belenye dapat diformulasikan sebagai upaya teknis menuju yang diharapkan. Kekire disini sekilas dapat dimaknai sebagai ikhtiar. lebih lanjut kekire meliputi cara, tata tertib, dan prediksi.

    Tuhan memberi Akal dan juga memberi kebebasan bekekire. Setiap manusia memiliki kekire yang berbeda-beda, yang diharapkan disini ialah kekire kita selalu berada dalam kebaikan. Bila kekire kita dengan cara tidak benar, maka berarti akal kita tidak menjadi pangkal, mengapa demikian, karena dalam prosesnya kita gagal menjaga kesucian akal, dan hal ini tentu karena kotor dan tidak sucinya jiwa.

Akal kin pangkal kekire kin belenye mencegah korupsi

    Tindakan korupsi atau mencuri sangat dilarang dalam ajaran islam. Di gayo, seseorang yang melakukan tindakan korupsi dapat dikatakan jiwanya tidak suci. Seperti yang ditegaskan kembali oleh Dr. Joni, MN, menurut Beliau, 

orang yang korupsi adalah orang yang jiwanya tidak bersih, jiwanya tidak berisi kebaikan. Lebih lanjut beliau menjelaskan pula bahwa koruptor dalam kajian nilai adat gayo adalah orang yang tidak mukemel.

    Bila akal kin pangkal kekire kin belenye seseorang berfungsi, maka hal ini dapat mencegah orang tersebut melakukan tindakan korupsi. Contohnya, seorang ASN yang digaji 3 juta oleh pemerintah, dapat mengikhtiarkan uang gaji tersebut untuk modal berusaha. Dengan Kekire kin belenye uang senilai itu dapat digunakan untuk membuka cabang usaha atau usaha sampingan. Uang gaji tersebut dapat dikatakan pemberian dari ALLAH SWT, tinggal bagaimana kekire seorang ASN tersebut terhadapat uang tersebut.

    Seorang oknum ASN yang melakukan tindakan korupsi tidak mensyukuri gaji per bulan yang diterimanya. Lain halnya misal seorang ASN tidak digaji, maka mungkin kita dapat maklmum ketika ia mencuri atau menjadi koruptor. Akan tetapi oknum ASN yang sudah digaji, masih saja mengambil hak orang lain. Inilah akibat jiwanya kurang diberi makanan, sehingga menjadi kotor. karena akalnya tidak kin pangkal, dan kekirenya tidak kin belenye maka iapun bernafsu mengambil uang lain yang bukan haknya. Seperti memanipulasi data, mengurangi jumlah dan nilang uang bantuan atau pengadaan barang. Meminta jatah dan fee, sogok dan terbiasa menerima amplop agar tujuan niat busuk menjadi tercapai. Ini semua akibat jauh dari ajaran agama islam. 

referensi:



Radensyah,

Tulisan terkait :

Manfaat Menyelenggarakan Prosesi I Serahen Ku Guru di Lembaga Sekolah ( Radensyah )

I Dema ku Ate ( Radensyah )


Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "AKAL KIN PANGKAL KEKIRE KIN BELENYE MENCEGAH KORUPSI ( Radensyah )"