Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ILMU YANG TIDAK DIAMALKAN ADALAH BENCANA oleh Dr. Joni MN, M.Pd., B.I.

Dr. Joni MN, M.Pd., B.I. Dosen Pasca Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
"Ilmu untuk diamalkan bukan untuk gagah-gagahan dan bukan untuk pamer serta bukan pula untuk kesombongan"

Terkadang kita sendiri tidak sadar bahwa keberadaan dan tindakan kita sudah menjadi sumber bencana, seolah-olah tindakan dan keberadaan kita itu sudah benar dan baik. Orang seperti ini sering dijumpai akhir-akhir ini, terkadang mereka tidak sadar sedang diamati dan tidak jarang orang yang sedang mengamati itu dijadikan sasaran atau sebagai target mereka. Orang semacam ini sangat mahir dan pandai bermain peran juga pandai membuat skenario.

Terkadang apa yang kita lakukan atau katakan sudah benar adanya menurut kita, padahal di balik itu semua ternyata itu semua membangun bencana dan merusak hati dan perasaan orang lain. Tidak semua perilaku dan tindakan bisa diukur kebenaran atau kebaikannya sendiri.

"Untuk melihat diri kita apakah sudah rapi atau belum kita butuh cermin". Jagan gunakan ilmu untuk merusak percuma menghafal dan tau banyak ilmu agama Islam kalau hanya kerjanya merusak, mengadu domba alias "mujalu". Mempolitisir keadaan menjadi panas secara tidak dirasa, ini ilmu salah fungsi atau salah amalan, jika hanya menjadi perusak tidak perlu bersekolah tinggi dan bergelar berderet.

Seharusnya dengan tingginya ilmu lebih-lebih di dalam konteks ilmu Agama Islam sudah selayaknya sudah bisa menjadi tauladan dan pandai menghargai jasa-jasa orang lain, tidak malah sebaliknya, "geh nengel osop ceras".

Hal semacam Ini merupakan salah satu gambaran umat islam yang suka menghilangkan jasa-jasa baik orang lain yang tidak mengamalkan ilmunya ke dalam berkehidupan dan orang semacam ini kurang mau tau melihat bagaimana proses sehingga menjadi suatu produk.

Sering terdengar di telinga kita dan terlintas yang terlihat oleh mata, Saat membaca berita-berita yang tersebar di media-media, baik online maupun cetak ada juga terlihat langsung tentang perilaku, tindakan dan cara berkomunikasi para generasi muda (sekolah, masyarakat) kebanyakan sudah kebablasan.

Kebablasan dalam konteks ini maksudnya adalah semua perilaku, tindakan dan berkomunikasi sudah keluar konsef-konsef yang sudah di atur (dalam Islam dan dalam Adat). Kondisi dan situasi ini dapat dilihat dari mereka menggunakan dieksis saat berkomunikasi, perilaku mereka ketika di sekolah, di lingkungan masyarakat dan di tengah keluarga, kebiasaan mereka tidak lagi seperti yang diharapkan dalam konsef Islam dan adat yang mereka miliki masing-masing.

Fakta saat ini terkait kebablasan akhlaq dan moral tersebut, seperti murid (SD) membentak gurunya di kelas, siswa SLTA menyiksa gurunya di luar kelas, orang tua murid melukai guru anaknya dan ada lagi yang parah, yakni anak menyiksa sampai membunuh ibu atau bapak kandungnya, menghabisi nyawa sendiri dengan gantung diri.

Di sisi lain, mereka tidak lagi memilih-milih kata dengan selektif saat menulis dan ketika berbicara, sehingga akibatnya dapat membangun sakit hati, dendam dan yang jelas terbangunnya iri, dengki, berani berbohong, menipu, mengadu domba dan sampai memprovokasi sehingga terjadilah konflik.

Fenomena kebablasan akhlak ini ternyata tidak hanya tersebut dalam wujud seperti yang tersebut di atas, tetapi ternyata lebih dari itu. Yang jelas rusak dan bobrok sudah mental-mental manusianya saat ini tidak hanya orang tua, guru, murid, laki perempuan, tua, muda

Wujud kerusakan dan kebablasan akhlak tersebut, ada pada masuk LGBT, Bencong-bencong, perilaku dan pelayanan birokrasi, koruptor, diskriminasi, tidak ada lagi penghargaan satu sama lain, menghilangkan jasa-jasa terdahulu. Dengan mudahnya berbuat, berkata yang tabu-tabu.

Wujud perilaku membangun kebencian terhadap orang telah berbuat baik dan yang berniat baik akhir-akhir ini di kalangan orang yang berilmu pengetahuan umum dan Islam adalah sudah biasa bagi mereka dan menghilangkan jasa-jasa baik seorang sepertinya sudah tidak ada lagi merasa takut ataupun malu bagi si pelaku itu seolah hal sudah merupakan rutinitas harian.

Inilah segelintir fakta tentang gambaran sikap, mental dan akhlak manusia khususnya umat Islam. Saat ini urusan akhlak yang mengurus guru pengampu mata pelajaran akidah akhlak semata, dst.

Kebanyakan manusianya saat ini mencari ilmu pengetahuan hanya untuk bekal pamer semata dan untuk hebat-hebatan saja. Dan, adalagi hanya untuk sekedar isi kepala. Aries Toteles pernah berkata, yang intinya, yakni pendidikan yang hanya mendidik kepala tidak diperankan mendidik hati, dan hal ini bukan pendidikan. Dalam konteks Islam juga mengamanahkan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah untuk diamalkan bukan hanya sekedar dihafalkan untuk pamer.

Orang yang benar-benar memiliki ilmu pengetahuan yang mendidik kepala dan hati pasti mereka berperilaku dan bertindak baik, rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, tidak iri/ dengki, tidak sirik, tidak suka berbohong dan pasti pandai menghargai jasa-jasa orang terdahulu. Sebaliknya, bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu pengetahuan besar kemungkinan akan menjadi pendengki, pemburuk sangka, atau perusak-perusak lainnya.

ditulis oleh Ama Dr. Joni MN, M.Pd., B.I.
*Dosen Pasca Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
Ahli Cagar Budaya Gayo

Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk " ILMU YANG TIDAK DIAMALKAN ADALAH BENCANA oleh Dr. Joni MN, M.Pd., B.I."