Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SK & MEMINTA JATAH, Opini Etika Birokrasi ( Radensyah )

Terketuk dari status Ama/guru saya di FB tentang "niro jatah", saya jadi teringat lagi dan kemudian ingin sekali membangun kerangka berfikir tentang persoalan Oknum Pejabat ( yang diSKkan ) yang sangat membuat saya merasa aneh. Satu hal yang saya herani, para OKNUM yang digaji berdasarkan SK, masih saja dimulutnya keluar kata-kata "nong gere ara kedemu?" bahasa gayo ( punya saya apakah tidak dapat? ). atau bila kita formulasikan lagi kira-kira seperti ini  "mau saya kerjakan, tapi sekian anunya!", atau "punya saya mana?, saya kan capek mana upahnya? bagian saya mana? Dll 

    Kejanggalan yang mendasar didalam benak saya adalah, kita sudah ditugaskan mengurus suatu hal dengan gaji sekian, kenapa kita masih menginginkan sumber uang lain dan berkeyakinan bahwa mengerjakan itu harus dapat gaji lagi atau uang tambahan lagi dengan menyunat hak orang lain, entah itu barang atau uang. apa tidak dibaca dan direnungi SK yang diprinter tersebut. bahwa disana tertulis gajimu sekian. didalam pelaksanaan mengapa meminta lebih dengan memotong hak orang lain? padalah tugas dan gaji sudah jelas.

    Akibat dari keinginan kita yang tidak jelas (keinginan serakah ) tersebut, telah menimbulkan formulasi loyalitas yang baru, yakni, tidak ada jatah tidak mau kerja, bila ada jatah alias peluang menyunat dana atau barang, semangat kerja! ini sangat keliru. kalaupun harus meminta gaji tambahan jangan seperti itu caranya. didiskusikanlah dan terang-teranganlah dengan si pembuat SK. karena ketika dalam diri kita sudah tertanam paradigma meminta jatah, uang yang sudah tepat sasaranpun kita geser, yang intinya bagaimana supaya kita dapat fee atau uang capek atau uang bagian atau uang jatah atau uang setankah itu namanya.

    Lain halnya jika seseorang ikhlas memberi kepada kita, meskipun itu sudah tugas kita berdasarkan sk, namun orang tersebut tetap memberi atas dasar sukarela. Ini adalah kebijaksanaan orang tersebut. orang yang melihat kita, tidak semua hatinya buta, pasti ada yang menghargai keringat kita, jadi tidak usah meminta-minta jatah dan berharap memotong dana atau membawa pulang barang yang bukan hak kita. bekerjalah sesuai SK dan atas dasar Nilai Agama.

    Fenomena meminta jatah ini tolong kita renungi bersama. gara gara penyakit meminta jatah ini, banyak sekali orang malas dikantor, dilembaga dll. kalau gaji tidak cukup, carilah pekerjaan sampingan lain dimalam, atau sore hari. tidak usah menggunting dalam lipatan. dan jangan meminta-minta jatah seperti preman. apalagi dibidang pelayanan kepada masyarakat. kalau orang ikhlas memberi uang rokok tidak ada salahnya diterima, tapi kalau dipaksa dan ditentukan maharnya sekian baru mau saya kerjakan, maka makin hancurlah diri kita, dunia birokrasi dan lain-lain. untuk itu mari kita cepat pulang kepada ajaran Agama islam.

Radensyah, S.Pd

Konten Kreator Youtube

Alumni STAI Gajah Putih prodi Bahasa Inggris.

Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "SK & MEMINTA JATAH, Opini Etika Birokrasi ( Radensyah )"