Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tetaplah Bersyukur oleh Dr. Johansyah, MA

Alkisah, ada seorang remaja buta yang kesehariannya pergi ke tempat keramaian dengan membawa gitar kecil di pundak sambil menggunakan tongkat. Dia sudah terbiasa pergi sendiri tanpa ditemani siapa pun. Beberapa tahun sebelumnya ada ayah yang selalu menemani, tapi ayahnya sakit dan akhirnya meninggal dunia. Ibunya masih ada, tapi tidak bisa pergi ke mana-mana karena sakit. Dia punya saudara perempuan dan biasanya ditugasi menjaga ibunya sehari-hari.

    Hingga suatu hari dia hendak menyeberangi jalan, tapi suasana lalu lintas cukup padat. Seorang bapak paruh baya tampak memperhatikan dari jauh dan merasa iba sehingga ingin menolong anak ini. Dia pun menghampiri dan bertanya padanya; ‘nak ingin menyeberang, ayo saya bantu’. Keduanya lalu menyeberang dan berhenti di sebuah halte. Anak ini pun mengucapkan terima kasih pada bapak ini. 

Sejenak mereka berbincang; ‘apakah anak setiap hari pergi ke sini?', tanya bapak itu padanya. ‘ya pak, karena saya di sini mencari nafkah dengan gitar saya ini, saya bernyanyi dan memohon sumbangan pada orang lain. Ibu saya sakit, adik saya masih kecil, dan ayah saya telah meninggal dunia. Maka saya berusaha mencari nafkah untuk ibu dan adik saya. Terkadang sehari mendapat banyak, tapi terkadang bisa juga hanya sepuluh ribu sehingga satu bungkus nasi kami makan bertiga.’

Mendengar cerita anak ini, bapak tadi meneteskan air mata dan berbisik dalam hati; ‘ya Allah betapa berat beban yang engkau berikan terhadap anak ini. Aku saja yang dalam kondisi normal ini sudah merasa kesulitan mencari nafkah untuk keluarga, bagaimana dengan dia yang tidak melihat dan ibunya juga sakit’. ‘nak apa engkau tidak merasa bersedih dengan kondisi yang kau alami; tidak bisa melihat, dan ibumu dalam keadaan sakit?’, tanya bapak tersebut padanya.

PxHere CCO

    Anak tersebut tersenyum dan menjawab; ‘dulu aku pernah merasa bersedih, tapi aku ingat apa yang pernah dikatakan ayah kepadaku. Katanya tidak usah sedih karena engkau tidak dapat melihat. Itu artinya Allah SWT sedang merahmatimu. Betapa banyak orang yang dititipi penglihatan, tapi dia gunakan untuk kemaksiatan dan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Ketika engkau tidak melihat, mungkin saja Dia sedang menyelamatkanmu dari kemaksiatan. Sejak itu aku tidak merasa sedih. Bahkan aku merasa bersyukur karena Allah SWT melindungiku dari kemaksiatan'. 

‘Aku juga tidak berkecil hati ketika Allah SWT mengujiku dengan kesulitan berupa sakit ibuku karena aku yakin setiap sakit ada obatnya. Aku memang tidak dapat membawa ibu pergi ke dokter karena biayanya mahal. Hanya obat biasa saja yang ku beli. Tapi kami senantiasa berdo'a untuk kesembuhan ibu. Aku yakin suatu saat Allah SWT akan mengijabah do'a kami. Pelajaran ini juga kudapat dari ayah’. Dia melanjutkan lagi; ‘soal rejeki, itu urusan Allah SWT. Saya hanya mengusahakan sesuai kemampuan. Saya yakin Allah SWT sudah mempersiapkan untuk setiap orang, bahkan menjamin rejeki setiap makhluk. Allah SWT tidak akan pernah mengabaikan hak hamba-nya.

Mendengar jawaban anak ini, bapak tadi tertegun dan merenung, serasa tidak percaya memperoleh jawaban yang sangat bijak. Dia pun mengucapkan terima kasih pada anak ini karena diberikan pelajaran yang sangat berharga. Dia hanya berpikir selama ini selalu merasa iba terhadap orang yang dalam kondisi kekurangan fisik seperti ini. Justru setelah mendengar jawaban anak tadi, dia betul-betul menyadari bahwa justru yang disayangkan ketika orang dilahirkan sempurna secara fisik seperti dirinya. Bisa melihat, mendengar, kaki dan tangannya sempurna, tapi banyak memanfaatkannya untuk berbuat maksiat. 

Jawaban anak ini pula menyadarkannya bahwa kenapa kehidupan ini dirasakan selalu saja rumit? Itu karena dia tidak pandai bersyukur. Di penghujung perjumpaannya dengan anak ini, dia meminta alamat tempat tinggal anak ini. Di sela itu, dia periksa saku jaketnya, ada uang tiga ratus ribu dan diberikannya pada anak tadi. Uang tersebut dimasukkan ke dalam saku baju Koko yang dikenakannya.

Ini cerita singkat penuh hikmah dan ibrah. Pertama, kisah di atas mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur atas nikmat Allah SWT meski dalam kondisi ekonomi yang sulit atau dihadapkan pada masalah yang rumit. Bersyukur adalah salah satu kunci kelapangan hati dan sekaligus sebagai syarat utama mendapatkan kasih sayang Allah SWT. Bukankah sudah ditegaskan bahwa jika manusia bersyukur akan ditambah nikmat-Nya, dan bagi yang kufur akan mendapatkan adzab-Nya. 

Kedua, dari cerita di atas kita juga mendapat pelajaran penting untuk tidak suka mengeluh jika sedang diuji dengan kesulitan. Jika anak tadi rela menerima ketetapan Allah yang dilahirkan dalam keadaan buta, mengapa kita sangat kesal ketika mata kemasukan debu atau sampah kecil yang membuat mata sakit. Setiap ditimpakan kesulitan sebagian besar kita menganggapnya sebagai beban yang segera berlalu. Padahal sesungguhnya jika dihadapi dengan sabar dan tenang, kita akan menemukan beragam nikmat dan hikmah. Sakit yang kita alami awalnya mungkin membuat kita patah semangat dan menganggap kehidupan tanpa makna. Namun ternyata betapa banyak dari kita yang bangkit dan lebih sehat setelah sakit. Sebelumnya kita tidak menjaga makanan dan kesehatan, tapi setelah sakit kita lebih berhati-hati dan selektif. Sebelum sakit mungkin ibadah kita belum teratur, tapi setelah sakit, ibadah kita lebih tertata. Hal-hal positif seperti inilah yang sejatinya kita sadari dan syukuri.

Ketiga, kisah di atas juga memberikan pesan pada kita bahwa ternyata semangat itulah yang dibutuhkan dalam menghadapi hidup. Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk maju dan berkembang. Betapa banyak orang-orang yang lemah fisik, tapi memiliki ide kreatif sehingga dia berkembang. Sebaliknya betapa banyak orang yang memiliki fisik bagus, tampak kuat, tapi justru kalah dengan orang yang memiliki keterbatasan.

Beberapa waktu lalu, saya pernah menyaksikan seorang perempuan Aceh yang tidak memiliki tangan, tapi dapat membuat lukisan indah dengan menggunakan kakinya. Banyak orang yang merasa kagum dan simpati sehingga ingin membeli hasil karya lukisannya. Jika kita browsing di youtube, banyak sekali kisah inspiratif serupa dan ini sejatinya dijadikan pelajaran. 

Entahlah apakah kita mampu seperti ini? Semoga ini menginspirasi semuanya agar menjadi hamba yang senantiasa bersyukur. Terpenting lagi, dengan fisik sempurna yang dititipkan Allah SWT, marilah kita maksimalkan pengabdian kepada-Nya. Jangan berprasangka buruk kepada Allah SWT karena yang kita anggap sial boleh jadi nikmat besar, dan yang kita anggap nikmat ternyata laknat. Wallahu a'lam bishawab!

Ditulis oleh Dr. Johansyah, MA

Pimpinan Dayah As-Sirajy Takengon

Kerenem ni Gayology
Kerenem ni Gayology Gayology merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang kegayoan

Posting Komentar untuk "Tetaplah Bersyukur oleh Dr. Johansyah, MA"