Hidup dan berkehidupan perspektif peri mestike gayo ”remalan bertungket, peri berabun oleh Zikri Fitra
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang
diciptakan dipermukaan bumi, karena manusia diberikan akal dan fikiran yang dapat dipergunakan untuk hal
yang tak mungkin dilakukan oleh makhluk lain. Hal yang paling penting yang dapat dilakukan oleh manusia
adalah melakukan kebaikan, bermanfaat bagi sesama dan menjadikan hidup manusia
tersebut bermakna. Namun banyak hal yang perlu kita perhatikan di antaranya adalah dengan nilai peri mestike remalan bertungket, peri berabun.
Peri mestike Remalan bertungket mengarahkan kita agar
selalu mempunyai pedoman hidup dalam melangkah.Selama masih hidup makhluk hidup akan selalu
melakukan pertumbuhan, melakukan gerak aktif, mengadakan proses metabolisme, melakukan
perkembang-biakan dan melakukan respon terhadap rangsangan. Dalam menjalani
hidup setiap makhluk memang telah
menjadi ketentuan bahwasanya selalu tumbuh dari kecil menjadi besar. Sama
halnya dengan manusia yang tumbuh besar dan dengan sendirinya akan menjadi
mempunyai akal serta pikiran. Akan tetapi akal dan pikiran yang ada pada manusia perlu
diasah agar bisa menjalani hidup dan berkehidupan yang layak.
Dalam menjalani kehidupan manusia terkadang tidak
menyadari bahwa ada nilai-nilai, keyakinan dan pikiran yang tersembunyi,
padahal jika kita memahami diri sendiri, maka kita mampu mengendalikan cara
kita berkehidupan dengan sesama manusia dan kita bisa merespon segala sesuatu
sesuai dengan konteks. Dalam hal ini dibutuhkan adanya komunikasi, karena
dengan berkomunikasi kita bisa menyampaikan pesan dari apa yang terdapat dalam hati kita. Dan
komunikasi yang dimaksudkan disini adalah bagaimana berbahasa yang baik dengan
sesama manusia, karena berbahasa merupakan cerminan diri manusia, apa yang
dibahasakan akan mencerminkan diri manusia itu sendiri.
Hal yang paling kuat yang dapat kita lakukan untuk
mengubah dunia adalah mengubah keyakinan kita sendiri tentang hakikat kehidupan
orang-orang dan realitas untuk sesuatu yang lebih positif dan mulailah
bertindak atas dasar keyakinan tersebut.
Bukan hal yang mustahil setiap manusia dapat melakukan perubahan terhadap dunia.
Apabila ada keyakinan yang besar dalam diri untuk mengubah keyakinan tentang
hakikat dari kehidupan. Pada hakikatnya kehidupan itu adalah untuk kebaikan.
Hakikat inilah yang disebut dengan remalan bertungket.
Peri berabun adalah
peri mestike yang menjelaskan bahawasanya
pengguna bahasa harus menggunakan bahasanya dengan kata-kata yang baik
sehingga hal itu yang akan menunjukkan pengguna bahasa tersebut bernilai santun
dalam berbicara. Peri berabun juga
merupakan salah satu cara bagi pengguna bahasa agar selalu membungkus setiap
pembicaraan dengan hal-hal yang bernilai baik. Peri berabun dalam arti luas
merupakan salah satu bentuk dari proses penggunaan bahasa yang mengarahkan
penggunanya untuk dapat membungkus bahasa dengan tujuan kebaikan. Karena
apabila pengguna bahasa dapat menggunakan bahasa dengan baik maka proses dari
komunikasi akan berjalan baik pula. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh
pengguna bahasa agar tidak ada kesalahpahaman dalam menerima pesan yang dimaksudkan.
Dari penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa
dalam berkehidupan manusia harus dapat
membedakan penggunaan bahasa sesuai dengan maksud yang dituju. Manusia harus menyesuaikan
tuturan yang akan disampaikan, siapa kepada siapa, dimana dan dengan tujuan apa
tuturan tersebut disampaikan.
Jadi
dalam hal ini peri mestike remalan
bertungket, peri berabun mengandung makna bagaimana seharusnya manusia
menjalani kehidupan dalam interaksi sosial. Bagi seseorang yang merasa dirinya
baik, maka sudah seharusnya kita memahami peri mestike ini. Sebab tidak ada
satu orang pun yang ingin diperlakukan tidak baik. Karena hakikat diri manusia
adalah baik.
Zikri Fitra S.Pd
(* Ketua Yayasan Pendidikan Prima Takengen, dan Anggota
team Kajian Gayology ( ilmu kegayoan gayo ) Pinangen
Kata kunci ; peri mestike , gayo , adat , edet , agama ,
kehidupan , hidup , baik , nilai , bahasa gayo , takengon ,
Posting Komentar untuk "Hidup dan berkehidupan perspektif peri mestike gayo ”remalan bertungket, peri berabun oleh Zikri Fitra"